Mohon tunggu...
Beni Sutanto
Beni Sutanto Mohon Tunggu... Relawan - Tertarik pada sejarah,sastra,seni dan budaya. Belajar mengalami dan belajar menulis

Tidak banyak cerita tentang saya, kalau hidup hanya sekali sudah itu mati maka saya memilih hidup tidak hanya sebagai satu orang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

D.N. Aidit Berakhir di Boyolali

1 Oktober 2019   11:43 Diperbarui: 2 Oktober 2019   14:46 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir bulan September maupun awal Oktober tepatnya tanggal 30 September / 1 Oktober selalu diidentikan dengan peristiwa pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 30 September 1965, atau yang lebih dikenal dengan G 30 S/PKI (Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia), sebagian kalangan terutama di Jawa mengenal peristiwa ini sebagai GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh).

Ada juga yang menyebutnya GESTOK (Gerakan Satu Oktober), istilah GESTAPU dan GESTOK lebih familiar digunakan di daerah Solo Raya, Jogja dan Madiun terutama oleh para orang tua (dalam hal ini saksi hidup, ataupun yang hidup pada masa tersebut).

Istilah GESTOK sendiri lebih sering digunakan oleh kalangan pendukung Soekarno, tetapi masyarakat pada umumnya sering menyebut GEGER PKI. Terlepas dari siapa sebenarnya dalang utama gerakan ini, peristiwa ini telah menjadi satu babak besar dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

G 30 S/PKI sendiri adalah sebuah peristiwa yang terjadi setelah lewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dianiaya lalu dibunuh dalam suatu usaha kudeta. rencana kudeta ini diprakarsai oleh pimpinan PKI waktu itu Dipa Nusantara Aidit.

Dipa Nusantara Aidit atau lebih sering ditulisakan D.N. Aidit adalah sosok pemimpin karismatik Partai Komunis Indonesia, Aidit adalah buronan utama dalam bulan-bulan penumpasan PKI yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto.

Singkat cerita mengetahui kekuatanya sudah berhasil dilumpuhkan, Aidit melarikan diri, lalu pada Tanggal 22 November 1965, Dipa Nusantara Aidit ditangkap di tempat persembunyiannya di rumah Kasim alias Harjomartono di Kampung Sambeng, Solo, Jawa Tengah. Usai pelarian panjang pasca peristiwa 30 September 1965, aparat militer akhirnya menangkap pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) ini. 

Ada beberapa versi tentang kematian DN Aidit ini. Menurut versi pertama, Aidit tertangkap di Jawa Tengah, lalu dibawa oleh sebuah batalyon Kostrad ke Boyolali. Kemudian ia dibawa ke dekat sebuah sumur dan disuruh berdiri di tepinya. Aidit diberi waktu sebentar sebelum ia dieksekusi,waktu yang sebentar itu digunakan Aidit untuk membuat pidato dan ia melantangkanya dengan berapi-api. Hal ini membangkitkan kemarahan semua tentara yang mendengarnya, sehingga mereka tidak dapat mengendalikan emosi mereka. Mereka kemudian menembaknya hingga mati. Versi yang lain mengatakan bahwa ia diledakkan bersama-sama dengan rumah tempat ia ditahan.

Namun dari beberapa teori tentang kematian Aidit yang paling akurat adalah versi pertama , hal ini didukung oleh kesaksianbeberapa orang yang hidup pada zaman Gestapu dan beberapa guru Sejarah di Solo. 

Pada waktu itu memang daerah Solo Raya terutama Boyolali dan Klaten menjadi konsenterasi kekuatan PKI, jadi tidak terlalu susah mencari sumber informasi tentang Geger PKI hingga kematian pemimpinya, terlebih kabar terakhir Eksekusi Aidit dilakukan di Boyolali, setelah Aidit terciduk di Solo, demi untuk menghindari simpati dari pendukung Aidit. Mayjen Yasir Hadibroto memerintahkan anak buahnya Mayor ST untuk mencari sumur tua yang kering. Setelah sumur yang diminta dapat, Aidit dibawa sejumlah regu tembak ke tempat itu.

Berdasarkan penuturan sesepuh (saksi sejarah) dan juga Guru yang pernah saya temui bahwa Eksekusi Aidit berlangsung tanpa proses peradilan Eksekusi terhadap Aidit sendiri diyakini dilakukan di sebuah sumur di kawasan Boyolali, lebih tepatnya sekarang berada di jalan Merapi kawasan Simpang Lima Boyolali.

Dikisahkan bahwa Eksekusi Aidit tidak semudah yang dibayangkan karena orang PKI pada saat itu dikenal sakti dan kebal. Sebelum menghadapi eksekusi , Aidit meminta waktu untuk berpidato. Diakhir pidatonya, Aidit berteriak dengan berapi-api "Hidup PKI!". Hal itu membuat tentara yang siap mencabut nyawanya menjadi semakin geram, Seruan itu menjadi seruan terakhir Aidit, sebab beberapa Magazin peluru langsung menembus daging-dagingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun