Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebutir Embun di Hati Kelana

12 Agustus 2022   19:25 Diperbarui: 12 Agustus 2022   20:17 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasehat Emak, kebaikan kadang tidak harus ditunjukkan dengan pemberian barang atau benda, bila tak punya, sikap yang santun dan ramah juga merupakan kebaikan. Begitu pun yang diajarkan guru agama di sekolah, kebaikan pada orang tua juga harus selalu dilakukan.

Dan sekarang, aku Kelana malah ditertawakan teman-teman karena dari pagi sampai pulang sekolah tak henti tersenyum, mereka merasa aneh dengan tingkahku. Rudi tertawa sampai memegangi perutnya melihatku yang biasanya jutek kok jadi senyam-senyum sepanjang hari.

"Lan, kamu kesambet dimana sih?" Rudi berteriak dari ujung jalan.

"Di belakang rumahnya barangkali, kan ada pohon juwet yang angker." Panji menimpali

"Sejak kapan juwet jadi angker?" sahut Kenar.

"Sejak buah itu kamu makan dan bibirmu jadi ungu."  aku jawab sambil berlalu.

Dasar anak-anak itu, masak orang mau jadi baik malah diketawain. Mungkin terlalu lebay juga senyumanku, ya biar saja yang penting tak menyeringai.

****

Bulan mulai purnama, pasti tetangga sebelah akan melantunkan lagu Megi. Z sekencang-kencangnya seolah agar seluruh jagad tahu suara dia merdu sekali, ya, merusak dunia hehehe. Emak dan Bapak sedang asik melihat televisi, berita yang sedang viral. Tentang anak manusia yang berbuat khilaf melenyapkan nyawa anak manusia lain hanya karena emosi amarah.

Mataku memang ke arah buku tapi telingaku menangkap suara berita di televisi. Semakin hari manusia sudah tak malu lagi berbuat keji pada manusia lain. Padahal ajakan dan ajaran berbuat kebaikan tak henti-henti diplokamirkan.

Tiba-tiba terdengar suara dari balik jendela, "Sssttt! Na, keluarlah sebentar." ternyata Rudi, sepertinya ia tak tenang bila tak menggangguku malam-malam begini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun