Sesabar-sabarnya manusia pasti ada batasnya.
6. Ekonomi
Ekonomi yang tidak stabil tidak jarang menjadi pemicu perceraian, peran lelaki harus benar-benar sebagai jagoan yang bisa mengayomi rumah tangga dan segala kebutuhannya.
Perceraian memang dibenci oleh Allah, tapi diperbolehkan. Namun bukan berarti terus bisa seenaknya sendiri kawin cerai. Sungguh sangat prihatin sebagai pemirsa yang tidak sengaja melihat atau mendengar peristiwa sebuah perceraian itu, sebenarnya semua menjadi korban, yaitu korban keegoisan, korban sosialita, korban nafsu, korban media.
Apakah perceraian itu sebuah takdir? Entahlah, bisa takdir bisa pilihan. Tapi yang lebih mengenaskan adalah bila sudah mempunyai anak, mereka tidak mengerti namun merasakan akibatnya, bisa terguncang hati dan psikisnya. Keceriaan masa kanak-kanak bisa suram dan meninggalkan trauma pastinya.
Awal pernikahan tentu diwarnai idealisme akan abadi sampai tua hingga maut memisahkan. Namun bila di tengah jalan terjadi topan badai yang menghantam dan memporak porandakan, mau bagaimana lagi.
Maka dari itu sebelum melangkah pada kehidupan bersama pasangan, pikirkan baik-baik segala kemungkinan saat mengarungi bahtera rumah tangga. Komunikasi yang indah sangat dibutuhkan ketika jalan bersama. Karena pernikahan itu sakral.
Malang, 07092020
Swarnahati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H