Kemarin sore seperti ada angin yang sejuk di kepala, serasa pingin bercakap di grup menulis.
Celetukan dari teman-teman kadang menjadi inspirasi buat saya untuk menulis. Mungkin 75% tulisan saya berawal tanpa ide  alias mengambil dari obrolan yang sedang berlangsung di grup. Baik tentang suka atau tentang baper, tinggal mensinkronkan saja antara pikiran, perasaan, waktu yang diluangkan dan gerakan jemari.
Yang paling utama bagi saya adalah perasaan, Â itu yang sangat mendominasi semua anggota tubuh untuk bergerak. Sesedih apapun perasaan yang sedang dirasakan harus saya lepas dengan tulisan, walau kadang lompat-lompat tidak beraturan. Itu menunjukkan betapa kacaunya hubungan perasaan, Â pikiran dan jemari.
Beberapa bulan lalu masih mending ada yang opyak-opyak agar selalu produktif menulis,  tapi setelah menghilang semua dengan kesibukan dan aktivitas masing-masing,  saya harus bisa menyemangati diri sendiri,  dan itu tidak gampang.
Terkadang ketika tulisan tidak menjadi pilihan sudah keburu down, Â dan memang saat saya tanyakan pada teman, dia jelaskan detail satu persatu kekurang pas-an tulisan saya. Â Itu sangat berarti mengingatkan kembali pada pelajaran menulis yang pernah disampaikan teman lainnya.
Ketika pagi tadi saya membaca sebuah judul artikel tentang menulis tanpa ide, sempat minder juga padahal belum baca, Â hanya judulnya saja. Tapi saya tak boleh baper lalu berusaha untuk menyegarkan suasana hati dengan memulai membuat kerusuhan di grup.
Entah apa tadi pembicaraan awalnya, Â sampai panjang kali lebar padahal hanya empat atau lima orang saja. Dan baru sadar jawaban menulis tanpa ide itu bisa juga, Â yaitu chating dengan teman, Â awal percakapan tanpa ide bukan?
Mengalir begitu saja hingga berubah-ubah tema pembicaraan.
Dari tema yang mengalir dalam perbincangan pasti akan ada keinginan untuk menyusun dan menceritakan, entah itu cerita gembira atau sedih.
Kebetulan tadi ada teman yang sedang hilang semangat menulisnya, nah di sana saya mulai seolah-olah penguasa kegembiraan, memberi motivasi dengan cara menyanyi walau suara seperti gembreng agar teman terhibur itu saja tujuan saya.
Keadaan hilang semangat menulis itu memang tidak nyaman sekali, Â saya sudah berulang kali mengalami, dan penyebabnya sangat beragam.
Apa saja? Â Dari urusan pekerjaan, urusan rumah, teman, bahkan kesehatan. Pasti ada keinginan menulis yang disukai tapi hati dan kepala njendel sekali untuk mengurai, membuat awal tulisan saja serasa membawa beban beribu-ribu ton, begitu bukan?
Dalam kondisi seperti itu saya mulai berpikir untuk harus menggembirakan diri sendiri, yakin masalah bisa dihadapi dan fokus pada diri saja, bahkan terpikir untuk memunculkan tokoh imajiner, karena teman yang biasanya ada sudah tidak selalu bisa diganggu.
Tiap orang punya kesibukan masing-masing. Teman imajiner yang diciptakan tentu yang bisa membuat gembira dan semangat, bisa saja dalam bentuk binatang, tanaman atau manusia. Teman imajiner ini akan siap setiap saat, bisa kita lihat penulis terkenal yang karyanya mendunia, Â pasti dia mempunyai teman imajiner. Sepertinya itu bisa dicoba bagi yang kehilangan semangat menulis.
Banyak hal yang menyebabkan tak semangat menulis tapi banyak juga cara untuk menyulap keadaan menjadi semangat lagi, Â ingat saja untuk melakukan hal yang menyenangkan
1. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang sangat disukai, Â bisa coklat, Â kopi, teh atau lemon tea, Â juga es cream (ini minuman ya?) tapi jangan berlebihan. Bisa jadi dari aktivitas ini ada hal yang bisa ditulis
2. Membaca, dengan membaca akan memberi suasana baru, Â bacaan yang menyenangkan, Â cerita humor misalnya atau kisah yang happy ending.
3. Menyanyi, Â kalau tak bisa menyanyi mendengarkan lagu
4. Bila berhubungan dengan kesehatan, Â segera berobat
5. Percaya diri, Â dan sering berdiskusi (chit chat dengan teman di grup menulis) tidak perlu minder dengan mereka yang selalu naik daun biar saja, Â sudah keberuntungannya dan mempunyai kemampuan tulis menulis yang mumpuni, tetap saja fokus dengan kemampuan diri sambil terus belajar.
Jadi menulis tanpa ide itu bisa, apa yang disukai dan dikuasai yang penting tetap semangat. Ibarat dalam diri ada sebuah peti kehidupan pribadi maka sering-sering membuka peti diri, akan kita temukan keajaiban-keajaiban di sana.
Sabtu, 6.6.2020
Swarna
______________
Tulisan juga diposting di SKB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H