Saatnya aku melupakanmu menghapus rindu yang abjadnya mulai lepas satu persatu. Melarung semua yang berhubungan denganmu.
Kereta sore akan membawaku pulang, meninggalkan kota sejuta kenangan.
"Permisi, boleh duduk di sini?"
"Silahkan."
"Mau kemana, Mbak?"
"Pulang." aku menjawab singkat saja, malas untuk berbicara dengan orang asing.
Kereta sudah siap aku segera menuju gerbong tempat dudukku. Sengaja aku menumpang yang Ekonomi, agar lebih lama di perjalanan.
Selamat tinggal semua yang ada di kota ini, aku pergi mencari cinta sejati, bila suatu saat terpaksa datang kembali, rasa sakit telah pergi.
"Kita bertemu lagi, Mbak."
Orang yang di ruang tunggu tadi ternyata mendapat duduk berhadapan denganku. Aku mengangguk dan tersenyum. Kuisi waktu perjalanan dengan membaca novel terbaru dari penulis idolaku, Ketika Cinta Bersemi.
Kereta melaju membawa semua berlalu akupun hanyut dalam kisah novel.
"Mbak, suka novel?"
Aku hanya mengangguk.
"Siapa penulis novel yang Mbak sukai?"
Aku menunjuk nama yang tertera di novel F. Robin. Dia mengangguk dan tersenyum. Â
***
Perjalanan ini cukup melelahkan, aku tertidur pulas. Ketika mata telah terbuka sempurna, tidak kudapati orang yang selalu menyapaku.
Tinggal beberapa jam lagi aku sampai. Kuambil novel di meja kecil depanku, ada sesuatu di atasnya. Sebuah kartu nama. Mataku membelalak membaca nama yang tertera F. Robin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H