Siapa  yang ingin menjadi papa
Siapa yang mau menjadi hampa
Binar-binar harapan hanya lukisan abstrak pada dinding kota yang selalu suka ria
Kerlap kerlip lampu ketika malam mengiringi muda mudi ataupun Tuan dan Nyonya yang tak akan pernah berpikir ada yang kedinginan menggigil atau bahkan masuk angin karena lapar memanggil
Kami tak butuh air mata
Kami sudah punya tanpa harus kami seka sudah mengering terlipat rapat
Masih adakah tempat untuk kutitipkan sebuah tanya?
Masihkah ada hati untuk kami kaum tersisih?
Kami hanya punya Tuhan
KepadaNya kami bersandar dan pertanggung jawaban segala beban di pundak.
Teras Kata, Â 05.02.2020
swarna hati
HBD mbak Widz
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!