"Mbak lapar aku, mbok ayo makan dulu." Juro mulai terlihat lemes
"Iya, ayo itu ada bakso, bisa buat ganjal sementara."
"Oh ya Mo, ada apa kamu ajak aku kemari."
"Hla kan mumpung tanggal merah, libur kerja to, ke sini lihat orang demo."
"Demo apa? dari tadi aku juga tanya ada demo, tak tanya demo masak apa demo panci eh aku dipendeliki orang."
"Ha ha ha Jum ... Jum ndesit tenan kamu, Demontarsi, ya iku minta hak para buruh bayarannya biar digedein dan sebagainya."
"Halaahh Mo ... Mo itu to, buat apa dilihat, buat apa ikut? Wong aku cuma buruh nyuci saja kog, ndak penting. Apa gajimu kurang Mo kerja di pabrik?"
"Namanya banyak kebutuhan loh Jum, juga untuk keselamatan kerja."
"Kebutuhan itu tergantung matamu Mo, kalau kamu melek terus lihatnya iklan terus gak ditahan ya kepingin terus, sesekali merem Mo."
"Keselamatan kerja ya sing ati-ati kalau kerja, kerjamu enak loh di pabrik bonafid, pean gak lihat itu tukang bersihin kaca gedung? Nggantunh-nggantung di atas gitu taruhannya nyawa, apa ada asuransi buat mereka? Gak mungkin, kamu sudah enak, daripada duitmu habis buat ongkos naik bus ke sini belum njajannya, mending kasihkan yang membutuhkan, lebih manfaat."
"Terus kayak aku gini, buruh nyuci pas pusing nggliyeng terus kepleset apa ya ada asuransi, jaminan gitu? Ora ana Mo. Tapi saya gak perlu demo lah, saya cuma berharap orang yang duitnya banyak melimpah ruah diberi sifat dermawan yang tinggi. Jangan velit, itu saja."