DISKRIMINASI USIA DI TENGAH BONUS DEMOGRAFI INDONESIA
Seiring pertumbuhan penduduk yang cepat, Indonesia saat ini menghadapi tantangan unik dalam bentuk diskriminasi usia.Â
Meskipun negara ini dianugerahi dengan bonus demografi, pertanyaannya adalah: apakah semua kelompok usia memperoleh kesempatan yang sama?
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,77 juta jiwa.Â
Dengan 69,25% dari populasi berada dalam kategori usia produktif, kita menghadapi fenomena unik yaitu bonus demografi. Namun, apakah kesempatan merata di semua lapisan usia?
Dari data BPS, piramida penduduk Indonesia saat ini menunjukkan kategori ekspansif. Ini berarti sebagian besar penduduk kita masih muda dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.Â
Dengan demikian, haruskah mereka yang lebih tua merasa terpinggirkan di dunia kerja, sementara yang muda merasa di bawah tekanan untuk menjadi tulang punggung ekonomi?
Selanjutnya, dengan angka dependency ratio sebesar 44,4%, ini menandakan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung hampir 44 penduduk usia tidak produktif. Apakah ini mencerminkan kesenjangan dalam peluang kerja berdasarkan usia?
Untuk mengatasi tantangan diskriminasi usia, kita perlu
1. Mempertimbangkan Semua Lapisan Usia dalam Kebijakan Kerja: Memastikan bahwa perusahaan dan organisasi memiliki kebijakan inklusif yang mempertimbangkan semua kelompok usia.
2. Pelatihan dan Pendidikan Seumur Hidup: Mendorong individu dari semua kelompok usia untuk terus belajar dan berkembang, sehingga mereka tetap relevan di pasar kerja.
3. Membangun Kesadaran Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghargai kontribusi setiap individu, tanpa memandang usia.
Indonesia berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, bonus demografi memberi kita keunggulan, tetapi di sisi lain, kita harus memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang usia, diberi kesempatan yang sama.
Sumber dan Data
Dengan informasi terbaru dari BPS, kita dapat memahami gambaran penduduk Indonesia dengan lebih baik.Â
Sebagai contoh, dengan 22,49 juta jiwa penduduk berusia 20-24 tahun, pertanyaannya adalah apakah mereka merasa siap menghadapi tantangan ekonomi saat ini? Sementara itu, dengan 8,20 juta jiwa penduduk berusia 65-69 tahun, apakah mereka merasa dihargai dan diakui kontribusinya?
Dengan mempertimbangkan semua fakta dan data ini, kita dapat bergerak menuju Indonesia yang lebih inklusif, di mana diskriminasi usia bukan lagi menjadi bagian dari narasi kita.Â
Menuju Sebuah Transformasi Sosial
Begitu mendalamnya implikasi bonus demografi bagi Indonesia.
 Namun, keuntungan demografi ini bukan hanya soal angka, tetapi bagaimana kita menerjemahkannya menjadi kesempatan yang merata bagi semua lapisan masyarakat.Â
Transformasi sosial yang inklusif adalah kunci bagi Indonesia agar dapat memanfaatkan bonus demografi ini dengan maksimal.
Mengatasi Stereotip Usia
Di banyak perusahaan dan organisasi, stereotip usia kerap kali mempengaruhi keputusan perekrutan, promosi, dan bahkan retensi pegawai.Â
Pemuda seringkali dilihat sebagai energik tetapi kurang berpengalaman, sementara para senior dilihat berpengalaman tetapi kurang adaptif.Â
Untuk benar-benar memanfaatkan potensi semua kelompok usia, kita harus mengatasi stereotype ini dan membangun budaya yang benar-benar menghargai setiap individu berdasarkan kompetensinya, bukan usianya.
Mendorong Kolaborasi Antar Generasi
Salah satu cara untuk memanfaatkan kekuatan dari keragaman usia adalah melalui kolaborasi antar generasi.Â
Tim yang terdiri dari kombinasi pemuda dan senior dapat memanfaatkan kekuatan masing-masing: inovasi, energi, pengalaman, dan kebijaksanaan. Dengan cara ini, perusahaan dan organisasi dapat memperoleh hasil yang jauh lebih baik.
Pembangunan Berkelanjutan Â
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, mengatasi diskriminasi usia tidak hanya soal keadilan sosial, tetapi juga soal kesejahteraan ekonomi.Â
Dengan memastikan bahwa semua kelompok usia memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja, kita dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Seiring dengan berjalannya waktu, Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang dibawa oleh bonus demografi. Diskriminasi usia bisa menjadi hambatan, tetapi dengan pendekatan yang tepat, kita bisa mengubahnya menjadi peluang.Â
Sebuah Indonesia yang bebas dari diskriminasi usia bukan hanya mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan jika kita semua bekerja sama menuju visi tersebut.
Oleh : Benidiktus Himang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H