Pos 3 -- Plawangan Sembalun
Sesampainya di Pos 3 (Plawangan Sembalun) jalur semakin menanjak dan terasa melelahkan. Jalur ini biasa disebut Bukit Penyesalan. Mungkin karena jalurnya yang banyak sekali tanjakannya dan bikin capek. Perjalanan memakan waktu sekitar empat jam dan itu full nanjak, kebayang capeknya dan agak ngeri sih pas lihat ke bawah karena cukup tinggi. Dan pemandangan yang terlihat juga jadi semakin indah. Â Sore harinya kami sampai. Disambut oleh puluhan monyet-monyet eksotis. Danau Sagara Anak nampak jelas dari sini. Landskap
Di sini kami dan para pendaki nge-camp. Karena di sini tanahnya cukup landai. Dan yang buat aku heran adalah bapak porternya sudah sampai duluan dan pasang tenda. Luar biasa.
Plawangan Sembalun -- Puncak Rinjani (Summit Attack)
Selang beberapa menit cuaca mendadak buruk. Angin kencang dan hujan tiba-tiba turun. Suhu yang memang sudah dingin jadi semakin dingin dan mendadak gelap. Padahal masih sekitar jam empat sore. Kami dan para pendaki lain memutuskan untuk masuk tenda masing-masing saking parahnya badai saat itu. Kami pun masak di dalam tenda. Berkumpul dalam satu tenda yang agak besar buat makan malam. Bapak porter bilang kalau keadaan seperti ini biasanya ada yang sedang melakukan ritual atau sembahyang disekitaran Kawasan Gunung Rinjani atau di danau Sagara Anak.
Semakin malam semakin dingin. Hujan turun dan angin kencang sampai menggoyangkan tenda. Suara semuruh terdengar jelas. Agak chaos suasananya. Keadaan berlangsung semalaman. Jam empat pagi kami siap muncak, walau kami agak kesiangan berangkatnya. Sebenarnya agak segan karena masih capek, ngantuk, dan suhunya dingin banget. Hujan sudah berhenti tapi angin kencang masih ada. Karena seorang dari kami ingin sekali summit jadi kami berempat bergegas ke sana. Dengan membawa bekal seadanya akhirnua kami berempat pun berangkat.
Mencapai Puncak itu Bonus
Jalur yang kami lalui semakin lama semakin menanjak, banyak bebatuan dan berpasir. Jalur agak rusak efek gempa Lombok 2018 lalu. Tali temali sederhana dipasang di setiap tebing untuk membantu memanjat tebing yang lumayan tinggi. Walau hanya bawa backpack saja tapi rasanya capek banget. Keinginan untuk sampai summit pupus sudah. Pesimis rasanya.
Alhasil aku dan dua teman ditambah satu orang pendaki lain memutuskan untuk tidak sampai puncak. Dan hanya satu orang yang sampai puncak bareng pendaki lain. Aku dan yang lain tetap naik tapi hanya untuk menikmati pemandangan dari ketinggian yang sangat indah. Minum kopi, sarapan sambil ngobrol-ngobrol. Mengingat perjalanan setelah ini masih panjang dan akan melelahkan jadi kami lebih memilih untuk menghemat tenaga untuk selanjutnya ke danau Sagara Anak yang terkenal itu.