Malam nan sunyi
Bunyi air menetes
Di dalam goa
/
Di malam yang hening dan sangat terasa sunyinya
Lelaki itu terbangun lagi dari mimpi-mimpi buruknya
Suara tembakan dan ledakan mortir menghantuinya
Derap sepatu tentara musuh terdengar begitu dekat
Bayang-bayang masa lalu itu menghantui sisa hidupnya
/
Keringat dingin membasahi tubuhnya yang kian menua
Terbayang lagi kisah yang pertempuran di masa lalu itu
Terbayang lagi wajah-wajah yang terbunuh di tangannya
Wanita, anak-anak, tentara musuh yang menghadangnya
Rasa penyesalan itu, kepada siapa mesti dia sampaikan?
/
Dia seorang mujahid, berjuang di berbagai medan tempur
Gores-gores luka menganga membekas di sekujur tubuhnya
Namun tiada lagi rasa bangga di hatinya atas semua itu
Peperangan tak jua merenggut nyawanya terbang ke sorga
Hidup membawanya pada kenyataan: dunia butuh damai!
/
Dia datang ke suatu pertempuran dahsyat di malam hari
Di medan laga yang gelap, situasi kacau yang membabi buta
Terdengar jeritan musuh, wanita dan anak-anak yang terbunuh
Mereka meneriakkan kalimat “Allahu Akbar” dengan keras
Seketika ia terguncang, meneteskan air mata penyesalan
/
Menyesali perbuatannya di masa lalu, ia pun merintih:
“Siapakah sesungguhnya yang menyeruku datang ke sana
guna menghabisi nyawa sesama makhluk ciptaan Allah?
Membunuh yang menyebut nama-Nya ketika sakratul maut
oh bagaima kelak kuhadapan wajahku di hadapan-Nya?”
___01/01/2017.
Ilustrasi:
http://www.francois.cornut-gentille.fr/2015/01/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H