Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Seorang Mujahid

2 Januari 2017   01:40 Diperbarui: 2 Januari 2017   02:09 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam nan sunyi

Bunyi air menetes

Di dalam goa

/

Di malam yang hening dan sangat terasa sunyinya

Lelaki itu terbangun lagi dari mimpi-mimpi buruknya

Suara tembakan dan ledakan mortir menghantuinya

Derap sepatu tentara musuh terdengar begitu dekat

Bayang-bayang masa lalu itu menghantui sisa hidupnya

/

Keringat dingin membasahi tubuhnya yang kian menua

Terbayang lagi kisah yang pertempuran di masa lalu itu

Terbayang lagi wajah-wajah yang terbunuh di tangannya

Wanita, anak-anak, tentara musuh yang menghadangnya

Rasa penyesalan itu, kepada siapa mesti dia sampaikan?

/

Dia seorang mujahid, berjuang di berbagai medan tempur

Gores-gores luka menganga membekas di sekujur tubuhnya 

Namun tiada lagi rasa bangga di hatinya atas semua itu

Peperangan tak jua merenggut nyawanya terbang ke sorga

Hidup membawanya pada kenyataan: dunia butuh damai!

/

Dia datang ke suatu pertempuran dahsyat di malam hari

Di medan laga yang gelap, situasi kacau yang membabi buta

Terdengar jeritan musuh, wanita dan anak-anak yang terbunuh

Mereka meneriakkan kalimat “Allahu Akbar”  dengan keras

Seketika ia terguncang, meneteskan air mata penyesalan

/

Menyesali perbuatannya di masa lalu, ia pun merintih:

“Siapakah sesungguhnya yang menyeruku datang ke sana

guna  menghabisi nyawa sesama makhluk ciptaan Allah?

 Membunuh yang menyebut nama-Nya ketika sakratul maut

oh bagaima kelak kuhadapan wajahku di hadapan-Nya?”

___01/01/2017.

Ilustrasi: 

http://www.francois.cornut-gentille.fr/2015/01/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun