Panas bumi di bulan basah, dedaunan hijau tampil segar dan vulgar
gemuruh sungai mengalirkan air coklat tua, mengalirkan cerita-cerita
tentang langit mendung, tentang kilat dan petir yang menggetar hati
bumi semakin tua, dunia semakin kompleks, kebebasan kebablasan
Senandung cerita luka dan duka di negeri yang penuh suara sumbang
generasi mudanya berkaca di air keruh, menatap wajah di cermin retak
bumi yang tergerus hujan peradaban, banjir berita menyesatkan rasa
gadis-gadis remaja diperkosa, dan badut-badut masih juga bersandiwara
Bulan Mei, tragedi kelam 18 tahun silam, kini jejak kejamnya membayang
perubahan tak tuntas, borok bobrok yang tak dibongkar hingga ke akarnya
lalu dengan gampangnya lidah-lidah tajam berkata: “komunis telah kembali!”
Angin barat berhembus membawa hujan lebat, memercik di cermin retak
menggarami luka sejarah yang menyayat, timbunan kisah di lumpur hitam
atas nama dahaga birahi berkuasa, hitam putih adalah warna politik semata!
*******
Batam, 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H