Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cermin Retak di Bulan Basah

15 Mei 2016   18:39 Diperbarui: 15 Mei 2016   18:53 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panas bumi di bulan basah, dedaunan hijau tampil segar dan vulgar

gemuruh sungai mengalirkan air coklat tua, mengalirkan cerita-cerita

tentang langit mendung, tentang kilat dan petir yang menggetar hati

bumi semakin tua, dunia semakin kompleks, kebebasan kebablasan

Senandung cerita luka dan duka di negeri yang penuh suara sumbang

generasi mudanya berkaca di air keruh,  menatap wajah di cermin retak

bumi yang tergerus hujan peradaban, banjir berita menyesatkan rasa

gadis-gadis remaja diperkosa, dan badut-badut masih juga bersandiwara

Bulan Mei, tragedi kelam 18 tahun silam, kini jejak kejamnya membayang

perubahan tak tuntas, borok bobrok yang tak dibongkar hingga ke akarnya

lalu dengan gampangnya lidah-lidah tajam berkata: “komunis telah kembali!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun