Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta, dari Masela hingga Timika

6 Maret 2016   10:11 Diperbarui: 6 Maret 2016   10:18 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cinta adalah kata damai yang mengusik debu perjalanan negeriku

moncong senjata, mawar merah, dan lukisan wajah di ufuk timur

api gairahnya adalah sayap-sayap yang menerbangkan beburung

juga sirip-sirip yang membawa ikan merenangi laut luas negeriku

 

ditangannya tergenggam kunci pemahaman atas banyak kejadian

silang sengketa, pertumpahan darah, dan juga kedamaian negriku

bersemayam di dada anak bangsa, tersembunyi dari banyak mata

atas namanya kisah sejarah perang dan konflik tak berkesudahan

 

kulihat di matamu, cinta yang menatap dengan berjuta keinginan

tatapan selidik ke perut bumi negeriku, berupa emas dan tembaga

minyak dan gas, batubara, dan aneka sumber daya energi lainnya

 

cinta adalah hikmah sejarah, terbentuk dari deru debu perjalanan

di atasnya kau bangun kemakmuran negerimu, juga perdamaian

atas namanya moncong senjata terarah, dan mawar kau bagikan!

 

*****

Batam, 2016.

[caption caption="Sumber Ilustrasi: http://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/blok-masela-_160102183212-160.jpg"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun