Setelah tiga perempat abad merdeka
tetiba saja datang kabar gembira
katanya desa kami akan dilintasi sebuah jalan baru
jalan raya propinsi yang menghubungkan kota-kota
jalan yang membuka isolasi banyak desa
gerbang kemajuan yang akan mengubah nasib kami
Â
Betapa riangnya kami mendengar kabar itu
bermalam-malam kami berkumpul memperbincangkannya
Udin berkata desa kami kelak ramai dikunjungi orang
Basri bilang kami akan semakin mudah pergi ke kota
semuanya gembira menyambut datangnya harapan baru
masa depan baru yang akan membuka mata kami
Â
Setelah tiga perempat abad merdeka
sebuah jalan raya aspal dibangun melintasi desa kami
alat-alat berat bekerja siang dan malam membangun jalan
sawah-sawah ditimbun dan pepohon berbuah ditebangi
berbulan-bulan kami mengikuti pembangunannya
terus dan terus, karena kami berharap besar darinya
Â
Tanah-tanah penduduk di ukur
dan mendapatkan ganti rugi secukupnya
kami rela mengorbankan sawah, ladang, dan kebun
sekejap semuanya rata dan terbentuklah badan jalan
kami membayangkan sebuah kemajuan besar di depan mata
mimpi-mimpi pun mulai menghiasi tidur kami
Â
Kini setahun sudah jalan raya baru itu berfungsi
terbuka isolasi desa kami dan membawa banyak kemajuan
para petani mulai membawa hasil taninya ke kota
para tengkulak yang biasanya meraja lela jadi menghilang
desa semakin ramai, penduduk jadi berubah nasibnya
kini kami tak lagi bisa dibodohi oleh para tengkulak
Â
Seiring adanya jalan raya lalu listrik pun masuk ke desa
kini ketika malam hari kami habiskan waktu di depan televisi
menonton beragam berita, hiburan, dan film-film Barat
anak-anak muda pun pikirannya berubah
kini mereka mengenal narkoba dan pergaulan bebas
mengenal hubungan sek sesama jenis dan hak-haknya
mulai meninggalkan cangkul dan memegang gadget
lebih tertarik mengikuti budaya asing
ketimbang mengenali budayanya sendiri
Â
Setelah tiga perempat abad merdeka
kami baru mengenal kehidupan dan kemajuan dunia luar
betapa luasnya, dunia baru seakan tiada batasnya
kemajuan yang datang bersamanya penuh cerita
bagaikan tangan yang memegang dua buah gelas
yang berisi madu dan racun
kami harus memilih satu diantaranya
guna menemukan jati diri bangsa
yang betul-betul merdeka
Â
******
Batam, 2016.
Â
 Sumber Ilustrasi:
http://media.zenfs.com/id_ID/homerun/mongabay.id/2e639fb2b8eddab366a6c394dc6ccf61
[caption caption="Sumber Ilustrasi: http://media.zenfs.com/id_ID/homerun/mongabay.id/2e639fb2b8eddab366a6c394dc6ccf61"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H