Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(100 Puisi) Pedagang Kaki Lima

19 Februari 2016   17:34 Diperbarui: 19 Februari 2016   18:35 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia wanita tua, orang-orang biasa menyebutnya mbok Sinah

berdagang di kaki lima itu sejak  dua puluh lima tahun silam

saat orang masih tidur lelap ia harus bangun dan berbelanja

terkadang tidur di pasar agar bisa mendapatkan harga murah

 

Mbok Sinah terbangun dari lelap tidurnya di emperan toko

tidur di atas lembaran kardus, menunggu waktu subuh tiba

bergegas mengemas alas tidurnya, menembus hujan gerimis

menghampiri para pedagang langganannya di pasar induk

 

Mendung tipis menjuntai, pagi mengintip dari balik tirainya

wanita itu siap-siap ke lapaknya, sejauh belasan kilo meter

bersepeda, perlahan menuju ke suatu tempat di sudut kota

untuk menggelar dagangannya di kali lima,  di sudut jalan itu

 

Gerimis menyapa pagi, roda kehidupan kota mulai berputar

ramai pengendara berlalu lalang di jalan aspal yang berlobang

semua berjalan pelan, lobang-lobang dipenuhi genangan hujan

mbok Sinah duduk di suatu sisinya, menjajakan sesayuran segar

 

Keringat dan hujan yang membasahi bajunya kering di badan

mbok Sinah mulai berkemas pulang, tiada yang tersisa hari ini

ia tersenyum, bisa mendapatkan untung lumayan besar baginya

meski hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari itu

 

Belum lepas senyumnya, datanglah petugas polisi pamong praja

senyumnya berubah menjadi kecut, sembari mengulurkan uang

di jalan kecil berlobang di deru pacu kehidupan di sudut kota itu

tiap hari kena pajak liar atas hasil keringatnya yang tak seberapa

 

*****

Batam, 2016.

 

[caption caption="Sumber Ilustrasi: lintasgayo.com"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun