Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(100 Puisi) Mawar Penghias Meja

17 Februari 2016   21:03 Diperbarui: 17 Februari 2016   21:19 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia sudah tak muda lagi, mawar penghias meja

harum mekar berseri di keremangan malam

di bibir dan lekuk tubuhnya ada madu

banyak kumbang yang terperangkap di sana

 

Matanya tajam namun penuh kehampaan

serupa mawar yang menyimpan seribu duri

dahaga lelaki yang tak pernah terpuaskan

telah menghisap sarinya hingga  ke tulang

 

Senyum dan getir larut di keremangan malam

tubuh dijamah namun pikirannya melayang jauh

membayangkan wajah buah hatinya di kampung

cahaya harapan hidupnya di masa depan

 

Kelam hidupnya, di rawa hitam yang menghisap

demi si buah hati yang tak kenal dengan ayahnya

langkah-langkah kakinya terjerumus dan tenggelam

berkorban diri demi setitik cahaya bagi sang anak

 

Berdosakah ia yang terlanjur tenggelam

mengorbankan diri demi menyalakan sebilah obor

sucikah mereka yang mencelanya sedemikian rupa

namun tiada memberikan jalan keluar bagi hidupnya?

 

******

Batam, 2016

 

Sumber Ilustrasi:

https://www.amirahbusanaislami.com/~img/mawar_0d854_2476_268-f493c-2476_268-t2476_64.jpg

[caption caption="Sumber Ilustrasi: https://www.amirahbusanaislami.com/~img/mawar_0d854_2476_268-f493c-2476_268-t2476_64.jpg"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun