Papua. Â Gerbang Timur Indonesia tempat matahari lama terbenam
tempat Cendrawasih mengepakan sayapnya mengitari hutan rimba
bumi yang kaya aneka tarian tradisional dalam warna-warni budaya
negri yang kaya raya dengan hasil emasnya dan penuh dengan intrik
Â
Di bumi yang kaya dengan hasil laut, hutan, dan aneka hasil tambang
anjing-anjing pelacak mengendus dan mengintai kekayaan isi perutnya
mengendus emas, mengendus tembaga, mengendus minyak buminya
tangan-tangan perkasa bergerak belakang layar, bermain kepentingan
Â
Papua. Wajah penuh dengan carut marut kekerasan tak kunjung usai
negri yang malamnya terasa sangat panjang, lebih dari dua belas jam
pintunya terbuka tak pernah terkunci, pencuri leluasa datang bertamu
menyelinap dalam kegelapan, menjarah apa saja yang bisa dijarahnya
Â
Diplomasi damai, perundingan, dan intrik-intrik perpecahan dihembus
konflik kepentingan, investasi, lobi-lobi, hingga bantuan kemanusiaan
dalam selubung korporasi anjing-anjing pelacak bekerja secara rahasia
memelihara bara agar konflik tak padam, kesenjangan dan kebodohan
Â
Papua. Wajah derita yang tertutupi oleh topeng pembangunan buminya
hiruk-pikuk kegaduhan dan politik pecah belah dalam wajah kemanusiaan
bumi yang tersandera oleh berbagai kepentingan negara-negara adi kuasa
bumi yang penuh kendala oleh ulah badut-badut politik berwajah malaikat
Â
Tambang emasnya menyihir dunia, tanah dikeruk hingga berlobang besar
srigala haus kekuasaan dari negri gonjang-ganjing datang unjuk taringnya
berlagak malaikat rupawan, bergaya negarawan agung utusan negrinya
menjulurkan ludah, memperebutkan sisa tulang pemberian para pencuri!
*****
Batam 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H