Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Pengemis Tua di Pasar Pagi

1 November 2015   12:20 Diperbarui: 1 November 2015   14:18 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kompas.com

Berbaur suara-suara di keramaian kota

Roda-roda kehidupan keras berputar laju

Debu berterbangan dihembus angin kering

Pasar pagi penuh sesak para pengunjung

 

Pejuang tua itu di sudut pasar nan kumuh

Menengadahkan tangannya meminta-minta

Kaleng bekas menjadi mangkok harapannya

Berharap belas kasih pada hati yang tergerak

 

Tubuh renta penuh luka peluru di sekujurya

Bening air matanya menatap yang lalu-lalang

Berat lidahnya tak mampu berkata meminta

Hanya kaleng bekas itu yang disodorkannya

 

Pengemis tua itu terduduk lemas dan kecewa

Tiada kepingan uang receh menghampirinya

Hatinya merintih menatap yang berlalu-lalang

Memejamkan matanya, memaafkan bangsanya!

******

Batam, 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun