Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sesal

14 Oktober 2015   19:16 Diperbarui: 14 Oktober 2015   19:16 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

seperti yang terungkap di dalam sorot kedua matamu

cahaya cinta di hati redup sarat dengan kebimbangan

seperti air sungai kecil yang mengalir keruh dari bukit

dari hulunya keruhnya pikiranmu telah mengaliri diri

 

menimbang-nimbang dan merasakan getar-getar cintanya

lemah sinyalnya tak menggetarkan ruang rongga dadamu

getar-getarnya ternistakan oleh keruhnya pikiran dan hati

dalam gelombang emosi jiwamu dialah cinta yang dinafikan

 

pada penyesalan dan keterlambatan diri menyadarinya

waktu telah terbuang percuma, durinya dalam tertancap

pada kereta malam yang telah berlalu jauh dari hadapan

manalah mungkin punai yang terbang tertangkap kembali

 

sesal, itu suara nyanyian hatimu mengarungi langit malammu

saat nasi telah menjadi bubur, saat butir hujan terlanjur jatuh

puisi-puisimu mengalir deras bagai sungai tak henti mengalir

penghujan datang, engkau masih termangu dalam kemarau!

Batam, 2015

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun