Dia seorang penyair, terkungkung dalam ruangan sunyi
tak ada orang yang hadir ketika dia tengah mencipta puisi
ketika mulai dibacakannya puisinya yang mengharu biru
dilihatnya wajah dinding tembok yang kaku tak bergeming
pepohonan membisu berdiri begitu angkuh di hadapannya
bukit-bukit tertidur, angin malam pun berlalu begitu saja
“Kenapa terus saja berpuisi dihadapan mereka yang diam?”
suara lembut itu menyusup ke dadanya, si penyair pun terdiam
terdasarlah dirinya bahwa ia hanya berbicara di ruang hampa
tiada telinga yang mendengarkan, tiada mata yang menatapnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!