Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Penyair

12 Oktober 2015   07:33 Diperbarui: 12 Oktober 2015   08:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

di tangannya tergenggam sebuah pena dan tinta biru kehidupan

dengan pena dan tinta biru itu dia merenung dan menuliskannya

berkelana jiwanya dan menjelajah ke berbagai arah perjalanan

merekam suara, mencatat aroma, melukiskan gerak kehidupan

dalam renungannya sang penyair menulis puisi dengan hatinya

 

Dia seorang penyair,  mencipta tak ingin didengarkan patung

kata-katanya adalah suara yang memancar dari dalam kalbu

puisi-puisinya adalah mimpi dan harapan, buah renungan jiwa

puisi-puisinya adalah geliat ombak hati di tengah samudra kata

puisinya bagai cambuk dan pedang yang menyuarakan keadilan

di tangannya mawar ditanam dan mekar semerbak harumnya!

 

Batam, 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun