Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalam yang Tersirat

26 September 2015   18:22 Diperbarui: 26 September 2015   20:00 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

di manakah jejak angin yang ramai bergaduh semalam

sementara kabut mengepung di udara pagi yang senyap

jelaga hitam berjatuhan dari langit seperti hujan tangis

pada keluh kesahnya burung-burung terpaksa sembunyi

 

bukit-bukit berjejer menghamparkan permadani hijau

pada kaki langit yang jauh kulihat bayangan biru pekat

dedaun kuning berjatuhan tanpa sentuhan tangan angin

hawa kematian melingkupi langit kemarau yang panjang

 

kudengar suara, nyanyian burung-burung di sela dedahan

di paruhnya mentari memerah dari timur hingga ke barat

pada ilalang layu yang kering dan kuning kubaca isyarat

dalam dasar sungai yang mengering ikan dan udang sekarat

 

pada bumi menghampar, penuh dengan kalam yang tersirat

tahanlah tanganmu jangan berbuat kerusakan di muka bumi

semut-semut berbaris menuju ke sarangnya sambil bertasbih

pada awan angin dan hutan serta lautan kita berharap hujan

 

lihatlah asap yang mengepung, kelangkaan air yang menyiksa

dengarkan tangisan belalang meratapi dedaun tertunduk layu

pada suara dengus hewan korban yang sekarat di ujung pisau

pada darahnya yang mengalir, tertulis lafaz keagungan-Nya!

 

Batam, 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun