akulah puisi, beri aku nyawa dengan daya cipta kepenyairanmu
Â
engkaulah penyair, persetubuhan kita yang mengukuhkanmu
kenapa mesti malu-malu mengakui dirimu sebagai penyair
padahal ia bukan gelar dan bukan pula pangkat dan kekuasaan
penyair hanyalah soal jiwa dan seni, soal kepedulian dan rasa
raih kebebasanmu dari belenggu pikiran yang merantai jiwamu
Â
wahai penyair, akulah puisi, tanganmu laksana Tuhan bagi diriku
di tanganmu hidup dan matiku, engkau yang meniupkan ruh bagiku
akulah kekasih sejatimu, tempat engkau menumpahkan rasa cintamu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!