Satu per satu kardus-kardus itu dihitung dan disusunnya rapih
Bau gunung sampah menyengat, si bocah tak menghiraukannya
Tubuhnya yang kucel dan dekil seakan telah menyatu dengannya
Â
Pagi itu dia berdiri lagi di simpang jalan itu, menanti sesuatu
Dia menantikan anak-anak yang berjalan pagi pergi ke sekolah
Matanya menatap dalam ke wajah anak-anak yang melewatinya
Diperhatikannya pula seragam merah putih dan tas sekolahnya
Â
Betapa dalam keinginan hatinya bisa bersekolah, menggebu
Namun keinginannya itu hanya dipendamnya, hanya di angannya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!