Mohon tunggu...
ben hutahaean
ben hutahaean Mohon Tunggu... Lainnya - SMA

SMA Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggali Makna Kebersamaan di Pesantren Modern Daarul 'Uulum Lido

22 November 2024   08:06 Diperbarui: 22 November 2024   09:10 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemanusiaan kita diuji bukan di saat segalanya berjalan lancar, tetapi di kala kita berhadapan dengan yang berbeda."  – Mahatma Gandhi 

Menghirup udara segar Cigombong, saya merasa waktu melambat. Jauh dari hiruk-pikuk Jakarta, ekskursi ke Pesantren Modern Daarul ‘Uulum Lido selama tiga hari dua malam menjadi perjalanan yang lebih dari sekadar kunjungan; ia adalah perjalanan ke dalam diri. Berada di tengah rutinitas yang tak biasa, saya belajar memahami makna keberagaman, kebersamaan, dan disiplin hidup dari mereka yang mungkin tampak berbeda, tetapi sejatinya serupa—sama-sama manusia yang mencari makna. 


Melihat Dunia dari Perspektif Baru

Sejak hari pertama, kami disambut hangat oleh para santri. Ada rasa canggung, tentu saja. Kami, siswa SMA dengan kebiasaan khas anak kota dan gadget selalu di tangan serta gaya bicara yang sering kali santai, bertemu dengan mereka yang memiliki pola hidup berbeda. Mereka bangun sebelum fajar, menghafal ayat-ayat suci, dan menjalani hari dengan jadwal yang padat. Dalam kesederhanaan itu, ada kedamaian yang sulit dijelaskan. 

Saya teringat ucapan salah satu santri saat kami berbincang di sela kegiatan: “Hidup di sini sederhana, tapi kami merasa dekat dengan tujuan kami.” Pernyataan itu membuat saya berpikir, apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup? Apakah kenyamanan, ataukah kedekatan dengan nilai-nilai yang kita yakini? 

Disiplin yang Menginspirasi

Kehidupan di pesantren mengajarkan saya arti disiplin yang sebenarnya. Setiap kegiatan mereka terencana dengan baik, dari waktu salat berjamaah hingga belajar di kelas. Bangun sebelum subuh bukan hanya kewajiban, tetapi bagian dari perjalanan mereka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Di malam pertama, saya ikut dalam pengajian bersama. Lantunan ayat-ayat suci bergema di aula besar, menciptakan suasana yang menenangkan. Dalam hening itu, saya merenungkan bagaimana kami, yang sering kali sibuk mengejar hal-hal duniawi, jarang memberi waktu untuk merenung dan bersyukur. 

Kedisiplinan mereka bukan hanya soal rutinitas, tetapi juga soal sikap terhadap hidup. Mereka menjalani hari dengan tujuan yang jelas, sementara banyak dari kami, termasuk saya yang masih mencari-cari arah. Ada pelajaran penting di sana: hidup yang terarah adalah hidup yang lebih bermakna. 

Merajut Kebersamaan di Tengah Perbedaan

Namun, bukan hanya disiplin yang membuat saya terkesan. Kebersamaan yang terjalin di pesantren itu begitu kuat. Mereka saling mendukung, berbagi, dan bekerja sama, tanpa memandang latar belakang. Hal ini mengingatkan saya akan semboyan bangsa kita: Bhinneka Tunggal Ika. 

Selama tiga hari, kami tak hanya menjadi tamu. Kami menjadi bagian dari mereka, walau hanya sejenak. Kami berbincang tentang mimpi, saling mengenalkan budaya masing-masing, dan bahkan tertawa bersama saat bermain di halaman pesantren. 

“Bulan di langit, tinggi tak tergapai,

Tapi sinarnya menyentuh bumi yang gelap.”

Puisi ini, meski pendek, terasa begitu dalam. Dalam perbedaan, kita sering kali lupa bahwa pada akhirnya, kita semua saling membutuhkan. Kebersamaan yang terjalin di pesantren itu mengingatkan saya bahwa dinding perbedaan hanya ada jika kita membangunnya sendiri. 

Refleksi di Tengah Alam

Lingkungan pesantren yang asri juga menjadi tempat refleksi yang sempurna. Kabut pagi yang menyelimuti sekitar menciptakan suasana yang magis, seolah mengundang untuk merenung. Saya teringat pada salah satu ajaran Ignatius Loyola: “Carilah Tuhan dalam segala hal.”

Di sana, di tengah alam dan kesederhanaan, saya merasa lebih dekat dengan hal-hal yang penting: rasa syukur, kebersamaan, dan makna hidup. Kadang, kita terlalu sibuk dengan rutinitas sehingga lupa berhenti sejenak untuk merenungkan tujuan kita. 

Belajar Menjadi Manusia yang Lebih Baik

Pengalaman ini juga mengingatkan saya pada apa yang ditulis Fritjof Capra dalam bukunya, The Turning Point. Ia berkata bahwa keberagaman adalah fondasi peradaban yang kuat. Di pesantren ini, keberagaman bukan sesuatu yang membuat kami saling menjauh, tetapi justru mendekatkan kami. 

Kembali ke Jakarta, saya membawa pelajaran besar dari ekskursi ini. Saya belajar bahwa hidup tidak hanya tentang apa yang kita dapatkan, tetapi juga tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Saya belajar bahwa perbedaan bukanlah ancaman, melainkan kesempatan untuk saling melengkapi. 

Sebuah Perjalanan yang Membekas

Ekskursi ke Pesantren Modern Daarul ‘Uulum Lido bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan jiwa. Ia mengajarkan saya untuk lebih disiplin, lebih menghargai kebersamaan, dan lebih terbuka terhadap perbedaan. 

Seperti bait puisi yang saya tulis dalam perjalanan pulang: 

“Di tanah yang berbeda, kutemukan rumah,

Bukan dari tembok, tetapi dari hati yang terbuka.

Di tengah perbedaan, kutemukan harmoni,

Bersama mereka yang menunjukkan arti kemanusiaan sejati.” 

Perjalanan ini mengajarkan saya bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika kita membuka hati dan pikiran. Karena pada akhirnya, meskipun kita berbeda, kita semua berjalan di jalan yang sama: jalan untuk menjadi manusia yang lebih baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun