Mohon tunggu...
Bengi Muthmainnah
Bengi Muthmainnah Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat USK

Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat USK

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Maulid, Kenduri Boleh, Jaga Kesehatan Wajib!

15 Oktober 2024   12:00 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:59 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam rangka memperingati World Heart Day (Hari Jantung Sedunia) yang jatuh pada tanggal 29 September lalu, mulai tahun ini sampai dengan tahun 2026, WHF (World Heart Federation) menyediakan platform global untuk menyemarakkan kampanye Hari Jantung Sedunia dengan tema “Gunakan Hati untuk Bertindak”. 

Gerakan ini bertujuan untuk mendukung individu yang ada di seluruh dunia untuk merawat jantung dan memberdayakan diri sebagai penduduk dunia untuk mendesak para pemimpin agar menganggap serius tentang kesehatan jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Hari Jantung Sedunia tahun ini jatuh bertepatan dengan momentum perayaan maulid Nabi Muhammad yang sangat kita cintai sebagai muslim secara umum dan masyarakat Aceh secara khusus

. Bagi masyarakat Aceh perayaan maulid Nabi Muhammad SAW memiliki makna tersendiri, tidak hanya dari sisi agama tetapi juga dalam hal perilaku kesehatan.

Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi adalah hari dimana umat muslim seluruh dunia memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia tradisi maulid nabi berbeda-beda di setiap daerah. Awalnya, perayaan ini hanya dilakukan sederhana dengan membaca shalawat dan tahlil. Namun seiring berjalannya waktu, perayaan maulid nabi ikut berkembang menjadi berbagai macam bentuk, termasuk pengajian, ceramah, dan kenduri. 

Peringatan ini tidak hanya sekedar perayaan tetapi juga merupakan refleksi atas perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW serta ajaran-ajaran yang beliau bawa. 

Khusus di Aceh perayaan maulid nabi biasanya menggelar kenduri yang seringkali dijadikan momen untuk bisa berbagi, membantu yang kurang mampu dan menyambung tali silaturahim dengan mengundang sanak saudara dan kerabat dekat. 

Perayaan maulid di Aceh tidak dirayakan dalam sehari dua hari saja, bahkan perayaan ini bisa berlangsung selama tiga bulan. Undangan maulid pun datang silih berganti setiap harinya.

 Tradisi perayaan maulid Nabi di Aceh sangat erat kaitannya dengan makanan saat kenduri. Berbagai makanan lezat di hidangkan, mungkin bagi sebagian orang mengkonsumsi makanan kenduri merupakan hal yang istimewa, akan tetapi hal ini menjadi tantangan besar bagi sebagian lain yang menghadiri undangan kenduri maulid setiap minggunya (tidak putus-putus) selama tiga bulan. 

Adapun tantangan yang dihadapi adalah hidangan yang disediakan saat perayaan Maulid memiliki kandungan santan, tinggi garam dan lemak. Beberapa jenis makanannya seperti kuah beulangong, gulai kambing, masak puteh, asam drien, sie reuboh dan lain sebagainya. 

Sehingga untuk menyikapi hal ini, harus ada upaya yang dilakukan demi menjaga kesehatan tubuh terutama jantung, yaitu dengan mengurangi konsumsi jenis-jenis makanan yang telah disebutkan di atas.

Sebenarnya mengkonsumsi makanan kenduri maulid bukan menjadi suatu masalah besar bagi masyarakat Aceh jika masyarakatnya bisa menerapkan pola hidup yang sehat dengan benar, seperti olahraga teratur, tidur yang cukup, mengonsumsi buah dan sayur dan yang tak kalah pentingnya yaitu menghindari rokok.

 Rokok merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit jantung, dimana kadar nikotin pada rokok dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi) yang memaksa jantung untuk bekerja lebih keras sehingga beban jantung pun ikut bertambah. 

Jika hipertensi tidak segera ditangani maka akan berakibat fatal seperti terkena serangan stroke atau bahkan serangan jantung koroner.

Disinilah perlu adanya kesadaran dalam menjaga kesehatan jantung. dengan membudayakan perayaan maulid yang “Jantung-friendly” (ramah kesehatan jantung). Contohnya dengan menyediakan makanan yang rendah garam, memperbanyak hidangan sayur-sayuran serta buah-buahan.

Di sisi lain, makanan tradisional khas Aceh merupakan budaya yang tidak mungkin dihilangkan, akan tetapi bisa disiasati dalam mengkonsumsinya. Sebagai contoh jika kita diundang sebagai tamu, maka sudah seharusnya kita mulai membiasakan diri untuk memilih hidangan sesuai dengan kebutuhan.

Upaya Pencegahan Penyakit Jantung

Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan keindahan alam, budaya serta kuliner yang menggiurkan ternyata memiliki masalah serius dalam hal kesehatan jantung. 

Data menunjukkan bahwa Aceh masuk dalam daftar 10 besar penyumbang penyakit jantung dan pembuluh darah terbesar di tingkat nasional. Fakta ini merupakan tantangan bagi rakyat Aceh dalam menerapkan gaya hidup sehat.

Upaya pencegahan dilakukan untuk mencegah timbulnya kasus baru, dibutuhkan kesadaran dari masyarakat agar fokus untuk merubah perilaku dan lingkungan menjadi lebih sehat dengan mengenali faktor resiko penyakit. 

Bentuk upaya yang bisa dilakukan adalah promosi kesehatan berupa informasi dan edukasi mengenai pencegahan penyakit jantung. 

Selanjutnya mengarahkan masyarakat Aceh untuk menjaga berat badan ideal serta menerapkan perilaku CERDIK : Cek kesehatan secara berkala (pemeriksaan tekanan darah, gula darah, index masa tubuh dan lingkar perut setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali), Enyahkan asap rokok dengan penerapan KTR (Kawasasn Tanpa Rokok), Rajin aktifitas fisik minimal 30 menit per hari atau minimal 150 menit per minggu, Diet sehat dan seimbang dengan pola makan isi piringku, serta Istirahat cukup dan Kelola stress.

Jika sudah terlanjur terkena penyakit jantung, tindakan selanjutnya adalah rajin kontrol dan minum obat dengan PATUH : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman serta Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik.

Upaya pencegahan ini dapat melibatkan tokoh agama mengingat Aceh dikenal sebagai Serambi Mekah, dengan demikian kolaborasi ini diharapkan berdampak lebih luas karena mudah diterima oleh masyarakat. 

Oleh karena itu sesuai dengan tema Hari Jantung Sedunia tahun ini  “Gunakan Hati untuk Bertindak” maka diharapkan masyarakat Aceh juga turut melakukan perubahan perilaku dengan menggunakan hati, agar tindakan kita menjadi lebih berarti dan dapat memberikan dampak positif bagi orang lain dan lingkungan sekitar. 

Harapannya perubahan ini dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih baik dan komunitas yang lebih harmonis.

Selain melibatkan tokoh agama, keterlibatan pemerintah dalam pencegahan penyakit jantung sangat dibutuhkan, bukan hanya sebatas pengaturan dan pelayanan, tetapi juga mencakup membangun kesadaran dan lingkungan yang kondusif bagi masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun