Mohon tunggu...
Benediktus YudoLeksono
Benediktus YudoLeksono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknologi Pangan, Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Dosen Teknologi Pangan bidang Mikrobiologi Pangan dan Fermentasi Pangan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

ASI untuk Mencegah Stunting: Tidak Hanya Pemenuhan Gizi

1 Juli 2024   11:21 Diperbarui: 1 Juli 2024   11:50 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting merupakan isu kesehatan nasional dan telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Pemerintah berkomitmen untuk terus menurunkan prevalensi stunting. Hal ini ditunjukkan dalam program percepatan penurunan stunting pada Balita yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. 

Berdasarkan rekomendasi WHO, salah satu standar ideal untuk mencegah stunting adalah pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. 

Meski demikian, pemberian ASI di Indonesia belum digalakkan secara masif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2024), persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI eksklusi cenderung stagnan dari tahun 2019-2023. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya ASI dalam tumbuh kembang anak dan pencegahan stunting belum disadari secara mendalam oleh masyarakat Indonesia.

ASI telah menjadi standar emas untuk pertumbuhan anak. ASI mengandung nutrisi penting dan antibodi yang mendukung tumbuh kembang anak. Pemberian ASI eksklusif sejak dini terbukti dapat mencegah atau menurunkan risiko stunting pada balita karena ASI mengandung zat gizi mikro dan makro dalam jumlah cukup yang dapat memberikan imunitas pada bayi. 

ASI mengandung nutrisi lengkap dan seimbang yang mudah dicerna oleh lambung bayi. Pemberian ASI mampu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi di bawah usia enam bulan. Manfaat ASI eksklusif lainnya adalah melindungi bayi dari infeksi kuman seperti bakteri, virus, dan parasit. 

ASI mengandung protein tertentu yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak. Oleh karena itu, ASI memiliki peranan vital dalam pemenuhan gizi Balita.

Peranan penting lain dari ASI yang tidak dapat digantikan oleh susu formula, suplemen, maupun makanan pendamping ASI adalah pembentukan komunitas mikroorganisme awal pada pencernaan balita. Proses menyusui selain bertujuan untuk memberikan ASI, juga memberikan bayi mikroorganisme alami yang terdapat pada ibu. 

Mikroorganisme ini adalah mikroorganisme baik yang membantu sistem pencernaan. Ketika lahir, mikroorganisme dalam saluran pencernaan bayi belum terbentuk. Bayi memperoleh sumber mikroorganisme baik dari Ibu melalui mikroorganisme alami yang terdapat pada ASI. 

Proses meyusui mendorong pertumbuhan bakteri Bifidobacteria, bakteri yang berkontribusi terhadap kesehatan bayi. Di sisi lain, bayi yang diberi susu formula menunjukkan mikroorganisme yang lebih beragam namun kurang stabil, sering kali memiliki prevalensi Clostridiales dan Proteobacteria yang lebih tinggi.

Mengingat peran ASI yang sangat penting, maka pemerintah perlu memfokuskan programnya untuk menjamin seluruh Balita di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif. Pemerintah perlu menjamin kesehatan dan kecukupan gizi dari ibu, melalui penyediaan sumber pangan lokal yang mudah diakses dan terjangkau. 

Hal ini guna mendukung produksi ASI oleh Ibu selama proses menyusui. Selain ibu, ayah juga memegang peranan penting dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ayah perlu menciptakan kondisi yang mendukung agar ibu merasa nyaman seperti memberik dukungan emosional, menyiapkan makanan bagi ibu menyusui, membantu pekerjaan rumah tangga, hingga mengantarkan bayi kepada ibu untuk disusui di malam hari. 

Program pencegahan juga perlu dilakukan sejak usia remaja, ketika menjadi calon ibu. Untuk lahirkan anak bebas stunting, kondisi kesehatan calon ibu harus sudah diperhatikan, salah satunya adalah bebas anemia. Anemia pada remaja putri dapat memberikan dampak jangka panjang yaitu melahirkan bayi dengan cadangan zat besi rendah dan berlanjut menderita anemia. Oleh karena itu, pencegahan stunting memerlukan dukungan dari berbagai pihak, tidak hanya oleh Ibu. 

Pemerintah perlu mencanangkan program-program yang berkualitas serta tepat sasaran, untuk memastikan kesehatan ibu dan remaja putri, serta meningkatkan kesadaran ayah akan peranannya terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini perlu ditanggapi dengan serius mengingat peranan ASI yang sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh susu formula yaitu tidak hanya menyediakan sumber nutrisi saja namun juga membentuk komunitas mikroorganisme pada saluran pencernaan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun