Mohon tunggu...
Benediktus SipandiGinggar
Benediktus SipandiGinggar Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ada Sebab Pasti Ada Akibat

18 Januari 2021   23:04 Diperbarui: 18 Januari 2021   23:11 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deskripsi Kasus

Pengungkapan George (bukan nama sebenarnya) berumur 24 tahun dan lajang. Selama empat tahun terakhir, dia telah membantu tiga pasangan mendapatkan momongan. Pasangan yang pertama mendapatkan dua anak laki-laki. Pasangan yang kedua mendapatkan seorang anak perempuan. Dan pasangan yang ketiga baru tahu bahwa sang istri hamil. Dia narasumber riset saya dan dia berkata: "Saya melakukan sesuatu yang berdampak besar pada kehidupan orang-orang ini. Mengapa tidak saya terus-terusan menolong mereka? "Sama seperti George, semakin banyak laki-laki menyumbang spermanya melalui Facebook atau situs lainnya. Donasi sperma online memberi para pendonor kebebasan untuk memilih siapa yang akan mereka bantu, dan juga berhubungan dengan calon penerima donor dan bernegosiasi mengenai ketentuan dan persyaratan pemberian donor.

Kegiatan ini layaknya sebuah aktivitas bisnis. Donasi sperma secara online adalah sebuah cara untuk menolong orang lain. Dalam ringkasan artikel ini ada enam pria yang menyumbangkan spermanya secara online. Kami melakukan wawancara dengan mereka melalui Skype. Dalam wawancara yang berlangsung selama 45 hingga 75 menit, kami mendiskusikan harapan, motivasi, dan pengalaman mereka sebagai donor. Usia para narasumber kami berkisar antara 24 sampai 67 tahun. Mereka berasal dari Australia, Kanada, Inggris, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat. Detail pengalaman mereka menyumbangkan sperma itu unik dan sangat personal. Namun, ada beberapa hal membuat mereka sama. Hampir semua laki-laki dalam penelitian kami memandang apa yang dilakukannya itu sebagai cara untuk membantu orang lain. Setiap laki-laki dalam penelitian ini memiliki setidaknya dua anak dari sumbangan spermanya; satu orang bahkan punya hingga 1.000 anak. (Shutterstock). Untuk memperlancar kegiatan ini dibentuklah Forum online memberi keleluasaan bagi para pendonor sperma untuk mengontrol proses yang terjadi. Ini memungkinkan mereka untuk menjadikan pengalaman mereka sangat personal dan bermakna. Hampir 1.000 anak yang dihasilkan dari kegiatan seperti ini.

Penggambaran media terkait donasi sperma online sering kali diwarnai dengan referensi yang memanas-manasi tentang keberadaan pemberi keturunan yang berbahaya, bibit "unggul" dan skandal donasi sperma. Tentu saja, potensi risiko donasi sperma online seperti aktivitas online lainnya tidak boleh dianggap remeh. Ada banyak hal yang mendasari pelaku dalam melakukan tindakan ini. Di sisi lain donasi sperma secara online diwarnai dengan adanya bisnis antara yang menodor dengan pihak yang penerima. Namun, perspektif yang lebih seimbang mengenai donasi sperma online yang penting untuk memahami praktik dan implikasinya bagi pria, wanita dan anak-anak yang menjadi bagian darinya.

Analisis Kasus (konteks Fontes moralitatis dan prinsip dalam perbuatan dalam situasi Konflik)

Tindakan keenam pria dalam kasus ini masuk dalam ranah tindakan moral. Mereka melakukan donor sperma secara online untuk membantu orang yang membutuhkan keturunan. Fokus mereka adalah membantu orang-orang yang menginginkan keturunan. Setiap laki-laki dalam penelitian ini memiliki setidaknya dua anak dari sumbangan spermanya; satu orang bahkan punya hingga 1.000 anak. (Shutterstock). Untuk memperlancar kegiatan ini dibentuklah Forum online  yang memberi keleluasaan bagi para pendonor sperma untuk mengontrol proses berjalannya kegiatan ini. Hal ini menggambarkan pengalaman mereka sangat personal dan bermakna. Hampir 1.000 anak yang dihasilkan dari donor sperma yang telah mereka lakukan.

Obyek dari tindakan mereka adalah pasangan yang tidak memiliki keturunan karena perkawinan sejenis. Mereka menganggap tindakan ini didasarkan untuk membantu orang yang ingin memiliki keturunan namun terhalang oleh karena lingkungan dan faktor sosial. Dari kegiatan mereka seperti ini, telah menghasilkan 1.000 anak. Sungguh luar biasa. Obyek yang mereka tuju adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan sejenis. Tindakan mereka secara asusila tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Hal ini dikarenakan tindakan ini bersifat melanggar karena menekankan sebuah bisnis. Dalam artikel ini dikatakan bahwa mereka membentuk sebuah forum online. Dengan forum online seperti ini adalah sebuah usaha untuk menghindari diri dari pandangan ranah hukum.

Aneka keadaan-keadaan yang mendorong mereka melakukan hal ini adalah sebagai berikut:  Quis (siapa): Pelaku dalam kegiatan ini adalah orang dewasa yang  berpendidikan salah satunya seorang mahasiswa. Quid (apa) apa yang dilakukan: yang mereka lakukan adalah mendonorkan sperma mereka untuk pasangan lesbian.Ubi (dimana) tempat dari perbuatan ini adalah untuk membantu pasangan lesbian di daratan Eropa. Quibus auxiliis (dengan apa): kegiatan ini dengan mengunakan media sosial. Mereka melakukan komunikasi dengan menggunakan media sosial.Cur (mengapa, untuk apa. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pasangan sejenis mendapatkan keturunan, misalnya Lesbian, Gay dan pasangan Transgender.  Quomodo (bagaimana), tindakan ini dlakukan secara diam-diam dan menggunakan media sosial. Quando (bilamana), tindakan ini menyangkutkan kehidupan seseorang. Dibalik ini semua ada tujuan untuk mendapatkan uang. Dalam hal ini kegiatan ini berbau pada bisnis. Meskipun tujuan utamanya untuk membantu. Dalam hal ini membantu memiliki makna dengan menekankan ada uang ada barang.

Proses pembuatan Bayi tabung dimengerti In-Vitro artinya di dalam gelas atau tabung; sehingga memiliki pengertian sebagai proses pembuahan sel telur oleh sperma dilakukan dala tabung. Dalam tabung tersebut embrio diberi zat-zat makanan sampai ia dimasukkan dalam rahim sang wanita. Proses seperti ini disebut embrio transfer(ET). Sel-sel telur diambil dari Ibunya dengan laparaskopi, sedangkan spermanya diambil dengan cara masturbasi. Tolak ukur sel-sel telur dibuahi dan dipilih yang paling sehat dan embrio itu dimasukkan ke dalam rahim wanita itu. Sedangkan sel-sel embrio yang tidak sehat akan dibuang. Sel-sel embrio yang dibuang menandakan tindakan aborsi.[1] Kadang-kadang embrio yang tidak dipakai akan di simpan dalam Freezer  dan dipakai untuk waktu mendatang. Dalam hal ini, tindakan seperti ini kemungkinan besar adalah tindakan aborsi. 

 

Refleksi Teologis dalam terang dosa

 

Lalu bagaimana dalam ranah moral bahwa tindakan mereka melanggar norma dalam masyarakat sehingga dikatakan bahwa mereka melakukan tindakan berdosa.  Secara dangkal kata berdosa merujuk pada sebuah tindakan yang melanggar perintah Allah. kata dosa merujuk pada adanya keretakan hubungan antara Allah dengan manusia. dalam konteks perjanjian lama dan perspektif biblis  mengerti arti kata dosa yang berarti putusnya hubungan antara Allah dengan manusia sehingga mengakibatkan putusnya pula relasi manusia dengan manusia yang lain. Lalu apa hubungannya dengan kasus ini. Dosa dalam kasus ini bukan soal relasi antara Allah dengan manusia, tetapi relasi antara manusia dengan sesamanya. Tindakan dalam kasus ini berkaitan harga diri dan martabat seorang pribadi. Dalam hal ini penjualan sperma secara online merupakan tindakan yang secara langsung merendahkan harga diri seorang pribadi. Harga diri seorang pribadi disamakan dengan uang.

 

Alasan Gereja Katolik menolak tindakan ini karena berkaitan erat dosa aborsi. Tindakan IVF melibatkan tindakan aborsi karena embrio yang tidak digunakan akan dibuang. IVF adalah sebuah percobaan yang tidak mempertimbangkan harkat sang bayi sebagai manusia, melainkan hanya untuk memenuhi keinginan orang tua. Dalam pengambilan sperma yang dilakukan secara masturbasi merujuk pada sebuah tindakan berdosa. Hal ini tercatat dalam KGK 2352 menyebutkan: "masturbasi adalah rangsangan alat-alat kelamin yang disengaja dengan tujuan membangkitkan kenikmatan seksual. Tindakan IVF gambaran persatuan sel telur dan sel sperma di luar hubungan suami istri yang  normal. Praktik IVF menghilangkan hak sang anak untuk dikandung dengan normal. Dosa yang terkandung dalam tindakan seperti ini adalah dosa struktural. Dosa ini muncul karena manusia melakukan hal secara sadar tahu dan mau. Apalagi dalam kegiatan ini yang menonjol adalah sebuah aktivitas bisnis. Dan dalam tindakan ini ada unsur aborsi kategori yang ditimbulkan dalam tindakan dosa yang berat dan secara struktural berkaitan erat kehidupan bersama (kolektif).

 

Kesimpulan

 

Maka kita mengetahui bayi tabung/ IVF yang merupakan teknik reproduksi buatan bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Karena dalam kegiatan ini mengandung unsur aborsi dan masturbasi. Kedua hal ini menyangkut kehidupan dan harkat martabat seorang manusia. Memang, mungkin para pasangan yang tidak dapat mengandung anak secara normal mengalami kenyataan yang cukup menyakitkan. Karena setiap pasangan ingin memiliki keturunan. Jika mereka sungguh merindukan kehadiran anak-anak di tengah mereka, mungkin adopsi anak adalah jalan keluarnya. Memang kerinduan untuk membesarkan anak adalah suatu keinginan yang mulia, namun kita harus tetap berpegang bahwa tujuan yang baik mempunyai anak itu harus tidak diperoleh dengan jalan yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan, seperti IVF/ bayi tabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun