Mereka juga mempunyai kewajiban moril untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan hidupnya terutama sekitar kampung, sekitar kebun (lingko), pekuburan dan mata air. Norma-norma adat yang berhubungan dengan pelestarian hidup patut ditaati oleh setiap orang.
Dimensi SosialÂ
Secara tegas memang dimensi ini sama dengan dimensi horisontal di atas, namun ada baiknya melihat penekanan khusus dalam aspek sosial dari upaca penti. Hal lain yang tidak kalah penting dalam poin ini adalah terjadinya reuni keluarga.
Di sini juga letak unsur sosialnya yakni  ajang pertemuan semua keluarga dengan mereka yang merayakan penti. Juga sebagai sarana pengembangan kesenian tradisional Manggarai seperti lagu-lagu (dere sanda agu mbata) dan lagu-lagu lain yang bermutu.
Kaum ibu dan para gadis dapat mengembangkan bakatnya untuk menabuh gong dan gendang. Mereka bisa mengetahui jenis-jenis pukulan gong gendang seperti: takitu, concong, ongga redep, dsb. Pada waktu penti mereka yang berdomisili di tempat lain harus datang untuk mengadakan upacara-upacara adat yang lain seperti: tei hang ata tu'a ko empo (memberi sesajen kepada arwah orang tua atau para leluhur).
Pesta penti  itu juga dapat mendamaikan mereka yang bermusuhan (hambor). Dengan kata lain, pesta penti dapat menjadi sarana ampuh untuk mempertemukan segala orang dan berbagai kepentingan keluarga.
Pada waktu penti juga dimeriahkan dengan tarian caci. Sebuah permainan dan pertunjukan kesenian asli Manggarai yang paling digemari. Dengan caci, penti lebih meriah dan menarik untuk smeua orang. Waktu caci para pemuda dapat melatih diri dan bagi pemain caci yang sudah biasa untuk menambah ketangkasan dalam caci dan menampilkan lagu-lagu dende (gerak tari dan lagu).
Pesta penti tidak sekedar perayaan adat yang menghantar orang untuk tahu bersyukur kepada Tuhan dan para leluhur tetapi juga untuk kepentingan sesama manusia yang masih hidup. Banyak norma adat yang mungkin sudah mulai pudar atau bahkan hilang dapat dihidupkan kembali.
Demikian pun terhadap relasi di dalam keluarga dapat diperbaharui (penti weki). Membangun persaudaraan sejati tanpa memandang kaya atau miskin. Selain itu tetap menjaga keutuhan  dan kelanjutan pewaris nilai-nilai budaya yang positif. Dengan merayakan penti, orang Manggarai tidak mungkin kena nangki dari para leluhur dan orang tu'a yang sudah meninggal. Ai boto nagki du uma main itu itang (agar kesalahan yang perpautan dnegan kebun jangan sampai terbukti).
Tujuan Pesta Penti
Pertama, Menyadarkan diri orang Manggarai sendiri menyangkut makna bersyukur. Ternyata betapa pentingnya bersyukur terhadap leluhur, wujud supernatural, Wujud Tertinggi (Mori Keraeng). Hal ini berhubungan dengan sikap orang Manggarai yang mau kembali mengingat atas segala pemberian Tuhan, melalui hasil panen yang melimpah dan perlindungan dari segala mara bahaya.