Disinyalir pula, bahwa problem lingkungan hidup ini memiliki korelasi dengan politik pembangunan yang tidak adil dan tidak memihak kepentingan jangka panjang.
Politik pembangunan sering kali tidak pro lingkungan. Alam seringkali dijadikan alat untuk memuaskan nafsu kekuasaan. Kebijakan politik seringkali merugikan alam tanpa memikirkan dampaknya. Sejauh dampak buruk kerusakan lingkungan tidak dirasakan langsung dan mengganggu kepentingan pribadi orang akan tetap masa bodoh.
Membangun Kesadaran Ekologis
Ada beberapa hal yang kiranya dapat dilakukan untuk membangun kesadaran ekologis. Pertama, pendidikan ekologis. Pendidikan ekologis amat penting untuk menekan kerusakan lingkungan.
Menurut Mateus Mali, pendidikan ekologis itu ialah upaya penyadaran akan keberadaan lingkungan sebagai bagian dari ekosistem yang mempengaruhi kehidupan manusia sendiri. Semua orang harus dibiasakan dengan mentalitas seperti itu agar lingkungan hidup tetap terpelihara dan lestari dan kelangsungan hidup terus berjalan.
Kebiasaan ini sebaiknya sudah mulai ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan keluarga. Memulai dari lingkungan keluarga berarti setiap keluarga menanankan dalam setiap anggotanya untuk bertanggung jawab terhadap kelestarian alam. Misalnya menggalakan penanaman pohon, menghemat penggunaan air dan listrik, meningkatkan penggunaan barang-barang yang ramah lingkungan, dan belajar untuk hidup sederhana.
Kedua, Memandang alam sebagai sahabat. Setiap manusia mesti bersahabat dengan alam. Yang mencirikan relasi "sahabat" adalah berada dalam situasi saling memberi dan menerima, menggunakan sambil memelihara atau melestarikan serta saling menguntungkan.
Hanya dalam proses "kesalingan" terhadap sahabat ini, kita dapat mengerti bahwa alam bukan hanya sebagai tempat kita berpijak, tetapi juga tempat kita menggantungkan seluruh hidup. Maka sudah selayaknya kita memandang alam sebagai sahabat bukan sebagai musuh karena alam tidak bisa membela dirinya.
Ketiga, Membangun dialog dengan alam. Dialog memungkinkan penghargaan terhadap pihak lain. Ia mengandaikan adanya relasi timbal balik, saling mengakui keberadaan pihak lain dan saling menerima apa adanya. Tanpa adanya dialog, segala sesuatu yang berada di luar diri merupakan objek yang mesti dijarah dan dimanfaatkan sepuapuasnya.
Dialog dengan alam merupakan sebuah keniscayaan bagi manusia masa kini. Terlebih lagi ketika alam seolah tidak bersahabat dengan kita.
Adapun tujuan dialog itu ialah untuk saling menghargai dan menjaga. Sebab dialog tidak mungkin terjadi jika salah satu pihak menutup diri, dalam hal ini kita manusia. Hal ini penting karena tujuan pertama sebuah dialog ialah untuk saling menghargai, menerima, dan memberi.