Mohon tunggu...
Benedikta Anin
Benedikta Anin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Airlangga

Mahasiswa Semester 4 di Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kultur Jaringan tapi Bukan Milik Sendiri?

28 Agustus 2018   23:06 Diperbarui: 28 Agustus 2018   23:47 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(berbagireviews.com)

Apa yang terjadi jika suatu negara mengambil keuntungan dari teknik kultur jaringan yang memanfaatkan sifat totipotensi yang dimiliki tumbuhan dengan mengambil gennya dari tumbuhan yang berada di negara lain?

Pada awalnya saya setuju - setuju saja pada teknik kultur jaringan yang menggunakan sifat totipotensi. Karena secara biologi hal tersebut baik karena dapat mengembangkan sebuat tumbuhan menjadi lebih baik dari bagian gen langsung, seperti mempertahankan dari serangga, hama, dan gulma serta dari lingkungan yang ekstrem. Juga karena itu berarti melestarikan tumbuhan dengan cara yang relatif memerlukan waktu yang cepat dan terjamin kualitasnya apabila dilakukan dengan cara yang tepat.

Lalu saya mulai tidak setuju apabila mengambil gen dari negara lain. Terutama apabila berasal dari negara - negara berkembang yang belum memiliki teknologi yang cukup canggih untuk bisa mengelola dan melestarikannya secara maksimal. Karena pada negara seperti Indonesia yang memiliki plasma nutfah yang sangat besar, plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu teknologi untuk membantu pembangunan nasional.

Jika negara maju itu hanya mengambil suatu bagian dari sebuah tanaman di Indonesia lalu dibawa dan dikembangkan di negara asalnya bukankah itu disebut sebgai pencurian? Pencurian yang secara tidak langsung akan merugikan negara yang diambil dari keberadaan flora endemik tadi maupun secara ekonomi. Karena secara ekonomi berarti pendapatan negara itu dari hasil impor flora tadi akan berkurang karena sudah dikembangkan di negara - negara lainnya.

Namun lain ceritanya apabila negara - negara maju tadi membantu negara - negara berkembang untuk mengembangkan flora - flora endemik untuk dapat diperbanyak lagi jumlahnya melalui teknik kultur jaringan. Negara dapat mencegah kepunahan dengan menggunakan teknik kultur jaringan dengan mengggunakan metode dan prosedur yang mendapat pengawasan secara ketat. Karena dengan begitu kita dapat pula melaksanakan kewajiban kita sebagai manusia untuk menjaga dan melestarikan alam semesta.

Namun apabila hanya ada tanaman hasil rekayasa genetik juga tidak akan berdampak baik bagi ekosistem. Sebuah ekosistem dimana seharusnya ada hewan - hewan yang menjadi hama sedang mencari makanan dari tumbuhan yang belum direkayasa, setelah direkayasa tumbuhan itu jadi anti hama maka hama tidak bisa memakannya, lalu dapat dipastikan populasi hama itu akan turun dan mempengaruhi populasi - populasi lainnya.

Karena organisme hasil rekayasa genetik sebenarnya juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita. Antara lain dapat meningkatkan kualitas bahan pangan,mengurangi penggunaan pestisida yang beracun, serta membantu ketersediaan bahan pangan bagi dunia.

Tapi tidak melulu menggunakan teknik rekayasa genetik, kita dapat mendapatkan hasil pangan yang lebih baik dengan cara mengawinkan dua jenis tanaman yang masing - masing memiliki kelebihan, lalu menyatukannya sehingga diperoleh hasil panen yang tinggi dengan kualitas yang baik. Pendekatan hibrida semacam ini mendukung alam karena tidak mengubah susunan genetik tanaman sehingga aman dikonsumsi.

Karena itulah saya kurang setuju apabila ada negara lain yang mengambil bagian dari tumbuhan di Indonesia untuk dikembangkan di negaranya sendiri melalui teknik kultur jaringan. Seperti yang kita ketahui bahwa dengan sifat totipotensi yang dimiliki oleh tumbuhan kita dapat membuat sebuah tanaman baru yang mirip dengan tumbuhan asalnya. Bagi negara - negara maju yang telah memiliki teknologi yang lebih canggih daripada di Indonesia dapat dengan mudah mengambil keuntungan.

Jadi hal ini dapat teratasi apabila Indonesia dan negara - negara lainnya memiliki sebuah regulasi yang jelas untuk pengambilan gen plasma nutfah dan pengaplikasian bioteknologi salah satunya adalah kultur jaringan.

Semoga artikel ini bermanfaat. AMDG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun