Mohon tunggu...
Cerpen

Cia untuk Ayah

18 Maret 2017   16:37 Diperbarui: 21 Maret 2017   04:02 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ni..nu..ni..nu.. Sebuah ambulance melaju kencang melewati sekolah cia yang berada di dekat jalan raya. Cia pun langsung lari dan menangis menuju kelasnya, karena ia tahu siapa orang yang berada di dalam mobil ambulance itu. Orang itu adalah ayahnya cia yang sedang sakit parah. Dari semalam cia menangis, bahkan setiap malam sebelum ia tidur ia harus mendengar ayahnya yang berteriak kesakitan.

            Cia adalah seorang gadis kecil berumur 8 tahun, duduk di kelas 3 SD, ia anak kedua dari tiga bersaudara. Sudah beberapa minggu terakhir ini cia terlihat sedih dan sifatnya berubah tidak seperti biasanya. Belajar pun cia selalu ketinggalan dari teman-temannya karena ia seriang melamun ketika guru sedang memjelaskan di depan kelas.

            Cia selalu memikirkan ayahnya yang sedang sakit, apalagi kemarin ayahnya baru saja dibawa ke kota untuk dirawat di rumah sakit. Di rumah, cia, kakak dan adiknya ditemani sang nenek. Karena ibunya menemani ayahnya di rumah sakit. Selama ayahnya dibawa ke rumah sakit cia selalu mengurung diri di kamar dan menghabiskan waktunya sendirian. Cia juga sering pergi ke taman dekat rumahnya di temani kucing kesayangannya untuk mencari ketenangan.

            Angin yang bertiup lembut, bunga yang dulunya layu sekarang sudah mekar pun seperti ikut menemani cia yang sedang larut dalam sedihnya. Cia termenung sampai-sampai tak disadari butiran-butiran mutiara kecil dari matanya berjatuhan di pipinya. Sambil berharap dalam hatinya akan ada kabar sacepatnya tentang ayahnya dari kota.

***

            Beberapa hari setelah ayahnya dibawa ke kota, cia pun akhirnya mendapat kabar dari pamannya yang kemarin juga ikut mengantarkan ayah cia ke rumah sakit. Cia mendapat kabar bahwa keadaan ayahnya semakin parah, cia dikirimi foto sang ayah dalam keadaan terbaring lemah. Yang dikirimi pamannya karena cia yang memintanya.

            Di mana cia melihat kondisi ayahnya yang membuat sedihnya semakin bertambah, ia begitu semakin merasa terpukul. Ia harus melihat ayahnya bernafas menggunakan tabung oksigen, selang infus di tangan kirinya, dan beberapa kabel yang menempel di tubuh sang ayah. Saat makan pun ayahnya harus menggunakan selang kecil yang masuk melalui kerongkongannya.

            Sakit sang ayah dikabarkan menyerang urat syaraf dan otaknya,yang mengakibatkan separuh dari badan bagian kirinya tidak berfungsi. Melihat hal itu, pihak dari rumah sakit menyarankan kepada keluarga cia, agar sang ayah segera dioprasi, tetapi ibunya dan keluarga dari pihak ayahnya tidak stuju dengan saran tersebut. Karena keluarga tidak ingin mengambil resiko besar, kalau seandainya ayah cia dioprasi, akan menimbulkan efek samping dikemudian hari. Seperti; lumpuh total dan mungkin kehilangan separuh dari ingatannya.

            Suatu malam cia menangis sambil berdoa,“Tuhan..cia tidak tahu apa sebenarnya rencana-Mu untuk cia, ini semu begitu berat untuk cia. Tuhan tidak adil, kenapa harus ayah, kasihan ayah Tuhan.. kembalikan kesehatan ayah lagi seperti dulu.

***

            Sebulan lebih sudah ayah cia berada di rumah sakit, seperti saat ini pun keajaiban muncul pada sang ayah. Jari-jari tangan bagian kiri sang ayah pun sudah bisa digerakan, walaupun belum seutuhnya tangan tangan dan badan bagian kiri ayah cia kembali normal. Tetapi ini menjadi suatu pertanda kalau sang ayah akan bisa disembuhkan.

            Cia begitu senang mendengar hal itu, cia selalu menyempatkan waktunya untuk berdoa apalagi jika itu menyangkut tentang orang tuanya teristimewa ayahnya sekarang, berdoa untuk ayah dan juga cia percaya Tuhan tidak akan membiarkannya bersedih terus- menerus. “Tuhan.. cia tahu kalau Engkau sekarang ada untuk mendengarkan cia, mendampingi cia dan ayah, menghibur cia disetiap sedih cia. Cia rindu ayah, cia mau ayah cepat pulang dan kembali sehat lagi seperti dulu.”

            Begitu tidak sabarnya cia menunggu kabar baik tentang ayahnya lagi. kring..kring..suara telepon kakak cia, ibunya menelepon dan segera diangkat cia dan kakaknya “ibu,,kapan ibu dan ayah pulang cia rindu kalian ada di rumah bu” tanya cia pada ibunya. “ibu dan ayah tidak lama lagi akan pulang nak, sekarang ayah sudah semakin membaik, ini ayah ada di samping ibu dan ayah sekarang mendengar suara cia juga. Ayah dan ibu rindu kalian di rumah juga nak. Cia, kakak dan adik jangan lupa doa di rumah ya, biar ayah cepat sembuh” iya bu cia dan kakaknya menyahut bersamaan.

***

            Sudah menginjak tiga bulan lamanya ayah cia di rawat di rumah sakit,  ayah cia pun dikabarkan sudah bisa menggerakan badan bagian kirinya. Semakin lama kesehatan ayah cia pun memulih. Ayahnya pun dikabarkan akan pulang dalam waktu dekat ini, dan keluarga berencana akan merawat ayah cia di rumah saja.

            Hingga tiba saatnya yang cia nantikan pun datang. Sang ayah akan dibawa pulang, dengan perizinan dari pihak rumah sakit. Sang ayah pun pulang walaupun belum sembuh total, kedatangan ayah cia pun disambut keluarga dengan hangatnya.

MUJIZAT DAN BERKAT TUHAN AKAN DINYATAKAN SEIRING DENGAN KETAATAN KITA MELAKUKAN FIRMAN-NYA.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun