Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Isu One Health dan Kontroversi Perdagangan Daging Anjing di Indonesia

23 Januari 2024   00:16 Diperbarui: 23 Januari 2024   08:19 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemunculan sebuah rekaman video melibatkan truk pengangkut anjing, yang melintasi jalan tol dari Cirebon, Jawa Barat, menuju Semarang, Jawa Tengah, telah menciptakan kegemparan di ranah media sosial.

Dalam video tersebut, ratusan anjing terlihat terikat dan disusun dalam bak terbuka, menimbulkan kekhawatiran akan nasib mereka yang belum terungkap secara jelas. 

Dugaan bahwa anjing-anjing ini akan diarahkan ke Sragen, Jawa Tengah, untuk tujuan pemotongan menjadi perbincangan kontroversial.


Video ini diunggah oleh akun Animals Hope Shelter Indonesia, @animals_hopeshelterindonesia, melalui platform Instagram. 

Truk pengangkut, dengan nomor polisi AD 811 E, menjadi sarana dugaan distribusi peredaran daging anjing. Anjing-anjing yang terikat, dikemas dalam karung, tampak jelas diperlakukan tak selayaknya anjing peliharaan. 

Perekaman tersebut, dilakukan pada tanggal 23 Desember 2023, memberikan pengamatan intens terhadap apa yang dapat dianggap sebagai situasi yang merugikan dan kontroversial.

Dalam pandangan dan kritik publik yang bergejolak, upaya mencari keseimbangan antara keadilan terhadap hewan dan kebutuhan manusia menghadapi tantangan kompleks yang menuntut pertimbangan mendalam.

Kasus yang melibatkan peredaran anjing dengan dugaan tujuan untuk dijagal, mungkin hanya merupakan puncak dari satu rangkaian permasalahan yang lebih luas. 

Kontroversi perdagangan daging anjing di Indonesia dan One Health Issue. (Sumber: REUTERS/Kim Hong-Ji)
Kontroversi perdagangan daging anjing di Indonesia dan One Health Issue. (Sumber: REUTERS/Kim Hong-Ji)

Peredaran daging anjing di Indonesia menjadi fokus keprihatinan, dengan beberapa laporan yang mengindikasikan kelanjutan praktik tersebut, yang tidak hanya melanggar aspek kesejahteraan hewan, tetapi juga membawa ancaman terhadap kesehatan masyarakat. 

Menurut data yang dihimpun oleh Dog Meat Free Indonesia (DMFI), Jawa Barat telah lama menjadi pusat peredaran utama daging anjing di Pulau Jawa. 

Sejalan dengan masifnya perdagangan tersebut, DMFI mendorong setiap daerah untuk merancang peraturan daerah (Perda) yang secara tegas melarang konsumsi daging anjing. 

Beberapa pemerintah daerah, seperti Pemkot Solo, juga akan mengambil langkah dengan merencanakan penerbitan larangan terhadap peredaran daging anjing. 

Pertimbangan One Health

Konsep One Health. (Sumber: Australia Indonesia Healthy Security Partnership)
Konsep One Health. (Sumber: Australia Indonesia Healthy Security Partnership)
Peredaran daging anjing menjadi isu yang semakin mendalam ketika dipandang melalui pendekatan One Health. 

One Health, sebagaimana dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan, adalah suatu pendekatan pemersatu yang mengindikasikan tujuan untuk mencapai keseimbangan dan optimalisasi hubungan yang erat serta ketergantungan antara manusia, hewan, dan ekosistem secara berkelanjutan. 

Dalam konteks ini, One Health tidak hanya mengakui pentingnya kesehatan manusia, tetapi juga kesehatan hewan peliharaan dan liar, tumbuhan, dan lingkungan yang lebih luas. 

Peredaran daging anjing, sebagai salah satu praktik perdagangan hewan yang melibatkan manusia dan hewan, menciptakan titik temu antara risiko kesehatan manusia dari hewan. 

Dalam praktiknya, perdagangan daging anjing telah menimbulkan keprihatinan yang serius terhadap kesejahteraan hewan dan potensi risiko kesehatan masyarakat. 

Data dari DMFI menunjukkan bahwa praktik ini tidak hanya melanggar aspek kesejahteraan hewan, tetapi juga dapat menjadi reservoir potensial bagi penularan penyakit zoonosis yang berpotensi mengancam kesehatan manusia. 

Dalam kerangka One Health, tantangan utama adalah menemukan keseimbangan antara kebutuhan kesehatan manusia dan hak-hak hewan. 

Sejalan dengan konsep One Health, upaya penanganan peredaran daging anjing bukan hanya tanggung jawab satu sektor atau pihak saja, melainkan membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan disiplin. 

Kesadaran akan dampak yang terkait dengan praktik ini, bersama dengan upaya koordinasi yang erat antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan solusi yang seimbang dan berkelanjutan.

Regulasi Terkait

Penegakan regulasi menjadi suatu aspek krusial di tengah kompleksitas isu peredaran daging anjing, terutama mengingat Indonesia sebagai negara hukum. 

Sejumlah regulasi yang relevan dengan praktik ini dapat merujuk pada beberapa undang-undang, seperti:

  • UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, 
  • UU No 21/2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, 
  • UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, 
  • UU No 18/2012 tentang Pangan, serta PP No 95/2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.

Dengan penerapan dan pelaksanaan yang tegas terhadap regulasi yang berlaku, diharapkan dapat menciptakan kendali yang lebih efektif terhadap larangan peredaran daging anjing. 

Regulasi-regulasi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari perlindungan konsumen, kesehatan hewan, karantina, pengelolaan lingkungan, hingga pemotongan hewan sesuai standar. 

Penegakan yang konsisten terhadap kerangka regulasi ini akan memberikan dasar hukum yang kuat untuk mengendalikan dan mengatur praktik peredaran daging anjing secara menyeluruh. Penegakan regulasi menjadi salah satu langkah strategis dalam menanggulangi isu yang kompleks ini.

Risiko Kesehatan

Mengonsumsi daging anjing membawa dampak negatif yang serius terhadap kesehatan manusia, dengan risiko penyebaran penyakit zoonosis.

Dikutip dari laman Humane Society International (HSI), data menunjukkan bahwa setiap tahun, 30 juta anjing dibunuh untuk konsumsi manusia di seluruh Asia, termasuk 1 juta anjing di Indonesia.

1. Rabies

Risiko rabies tetap menjadi ancaman bahkan setelah daging anjing dimasak. Meskipun proses memasak dapat membunuh beberapa bakteri dan virus, rabies tetap dapat bertahan. 

Menurut Health Side, mengonsumsi daging anjing dapat menyebarkan rabies kepada manusia, bahkan setelah daging tersebut dimasak. 

Hal ini menciptakan risiko serius bagi konsumen, mengingat rabies merupakan penyakit fatal yang dapat ditularkan melalui gigitan atau terkena air liur hewan yang terinfeksi.

2. Kolera

Efek samping lain dari mengonsumsi daging anjing adalah potensi terinfeksi kolera. Daging anjing diketahui mengandung bakteri penyebab kolera.

Menurut World Health Organization (WHO), konsumsi daging anjing dapat meningkatkan risiko terkena kolera hingga 20 kali lipat. Kolera sendiri dapat menyebabkan diare berat, dehidrasi, dan bahkan kematian jika tidak segera diobati.

3. Penyakit Kronis

Dampak negatif lainnya yang dapat diakibatkan oleh mengonsumsi daging anjing adalah risiko terkena penyakit kronis. Dilansir dari VN Express, daging anjing dapat mengandung cacing parasit, seperti Toxocara canis. 

Infeksi cacing ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pencernaan, gangguan hati, dan bahkan dapat berdampak pada sistem saraf pusat.

4. Bakteri Lainnya

Daging anjing juga dapat menjadi sumber infeksi bakteri lainnya seperti E. Coli dan salmonella. 

Konsumen yang mengonsumsi daging anjing berisiko terkena berbagai infeksi bakteri seperti antraks, brucellosis, hepatitis, dan leptospirosis yang terdapat dalam daging tersebut. 

Keberadaan bakteri-bakteri ini menciptakan risiko serius terhadap kesehatan manusia dan menggarisbawahi pentingnya untuk menghindari konsumsi daging anjing sebagai langkah preventif dalam melindungi kesehatan masyarakat.

Epilog

Dari uraian di atas, menjadi semakin jelas bahwa sebagai manusia yang dilengkapi dengan akal berpikir dan moralitas, keputusan untuk tidak menjadikan anjing sebagai bahan pangan adalah langkah yang sangat beralasan. 

Argumentasi yang mendasari konsumsi daging anjing, seperti khasiat yang belum terbukti melalui riset atau kajian akademik, seharusnya menimbulkan kewaspadaan. 

Keberadaan argumen semacam itu nampaknya lebih merupakan cara pembenaran untuk melanjutkan praktik konsumsi tersebut, tanpa landasan ilmiah yang kuat.

Mengingat kompleksitas dampak negatif yang mungkin terjadi terhadap kesehatan manusia, serta risiko terhadap kesejahteraan hewan dan aspek moralitas, menjadi semakin jelas bahwa kita sebagai manusia memiliki pilihan untuk memilih sumber pangan yang lebih etis dan berkelanjutan. 

Jika memang ada khasiat tertentu yang diinginkan dari daging anjing, sebagai manusia yang memiliki beragam alternatif pangan, kita dapat dengan bijaksana mencari sumber khasiat yang serupa dari bahan pangan lainnya, yang tentunya memerhatikan aspek kesehatan, kesejahteraan hewan, dan moralitas.

Hidup pada akhirnya adalah soal memilih, dan dalam memilih bahan pangan, kita dapat membawa dampak positif pada kesehatan, kesejahteraan hewan, dan moralitas. 

Oleh karena itu, keputusan untuk tidak mengonsumsi daging anjing menjadi langkah yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan, menegaskan bahwa sebagai masyarakat, kita dapat memilih jalur yang lebih baik untuk keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.

(*B/A)

Referensi:

Animals Hope Shelter Indonesia (@animals_hopeshelterindonesia) * Instagram photos and videos. (n.d.). https://www.instagram.com/p/C2WNNJRyq8g/?hl=en

Anugrahanto, N. C. (2023, December 28). Viral Truk Pengangkut Ratusan Anjing, Diduga Dikirim ke Sragen. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/12/28/viral-truk-pengangkut-ratusan-anjing-diduga-dikirim-ke-sragen

Basrul, Z. (2024, January 21). Lubang gelap peredaran daging anjing. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/opini/2024/01/18/lubang-gelap-peredaran-daging-anjing

Bkpk, H. (2022, October 30). Inisiatif One Health untuk dunia yang lebih baik. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan | BKPK Kemenkes. https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/inisiatif-one-health-untuk-dunia-yang-lebih-baik/

Hardiyanto, S. (2023, December 25). Efek Samping Makan Daging Anjing, Apa Saja? Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.com. https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/25/130000065/efek-samping-makan-daging-anjing-apa-saja-?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun