Efek samping lain dari mengonsumsi daging anjing adalah potensi terinfeksi kolera. Daging anjing diketahui mengandung bakteri penyebab kolera.
Menurut World Health Organization (WHO), konsumsi daging anjing dapat meningkatkan risiko terkena kolera hingga 20 kali lipat. Kolera sendiri dapat menyebabkan diare berat, dehidrasi, dan bahkan kematian jika tidak segera diobati.
3. Penyakit Kronis
Dampak negatif lainnya yang dapat diakibatkan oleh mengonsumsi daging anjing adalah risiko terkena penyakit kronis. Dilansir dari VN Express, daging anjing dapat mengandung cacing parasit, seperti Toxocara canis.Â
Infeksi cacing ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pencernaan, gangguan hati, dan bahkan dapat berdampak pada sistem saraf pusat.
4. Bakteri Lainnya
Daging anjing juga dapat menjadi sumber infeksi bakteri lainnya seperti E. Coli dan salmonella.Â
Konsumen yang mengonsumsi daging anjing berisiko terkena berbagai infeksi bakteri seperti antraks, brucellosis, hepatitis, dan leptospirosis yang terdapat dalam daging tersebut.Â
Keberadaan bakteri-bakteri ini menciptakan risiko serius terhadap kesehatan manusia dan menggarisbawahi pentingnya untuk menghindari konsumsi daging anjing sebagai langkah preventif dalam melindungi kesehatan masyarakat.
Epilog
Dari uraian di atas, menjadi semakin jelas bahwa sebagai manusia yang dilengkapi dengan akal berpikir dan moralitas, keputusan untuk tidak menjadikan anjing sebagai bahan pangan adalah langkah yang sangat beralasan.Â
Argumentasi yang mendasari konsumsi daging anjing, seperti khasiat yang belum terbukti melalui riset atau kajian akademik, seharusnya menimbulkan kewaspadaan.Â
Keberadaan argumen semacam itu nampaknya lebih merupakan cara pembenaran untuk melanjutkan praktik konsumsi tersebut, tanpa landasan ilmiah yang kuat.
Mengingat kompleksitas dampak negatif yang mungkin terjadi terhadap kesehatan manusia, serta risiko terhadap kesejahteraan hewan dan aspek moralitas, menjadi semakin jelas bahwa kita sebagai manusia memiliki pilihan untuk memilih sumber pangan yang lebih etis dan berkelanjutan.Â