Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Isu One Health dan Kontroversi Perdagangan Daging Anjing di Indonesia

23 Januari 2024   00:16 Diperbarui: 23 Januari 2024   08:19 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efek samping lain dari mengonsumsi daging anjing adalah potensi terinfeksi kolera. Daging anjing diketahui mengandung bakteri penyebab kolera.

Menurut World Health Organization (WHO), konsumsi daging anjing dapat meningkatkan risiko terkena kolera hingga 20 kali lipat. Kolera sendiri dapat menyebabkan diare berat, dehidrasi, dan bahkan kematian jika tidak segera diobati.

3. Penyakit Kronis

Dampak negatif lainnya yang dapat diakibatkan oleh mengonsumsi daging anjing adalah risiko terkena penyakit kronis. Dilansir dari VN Express, daging anjing dapat mengandung cacing parasit, seperti Toxocara canis. 

Infeksi cacing ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pencernaan, gangguan hati, dan bahkan dapat berdampak pada sistem saraf pusat.

4. Bakteri Lainnya

Daging anjing juga dapat menjadi sumber infeksi bakteri lainnya seperti E. Coli dan salmonella. 

Konsumen yang mengonsumsi daging anjing berisiko terkena berbagai infeksi bakteri seperti antraks, brucellosis, hepatitis, dan leptospirosis yang terdapat dalam daging tersebut. 

Keberadaan bakteri-bakteri ini menciptakan risiko serius terhadap kesehatan manusia dan menggarisbawahi pentingnya untuk menghindari konsumsi daging anjing sebagai langkah preventif dalam melindungi kesehatan masyarakat.

Epilog

Dari uraian di atas, menjadi semakin jelas bahwa sebagai manusia yang dilengkapi dengan akal berpikir dan moralitas, keputusan untuk tidak menjadikan anjing sebagai bahan pangan adalah langkah yang sangat beralasan. 

Argumentasi yang mendasari konsumsi daging anjing, seperti khasiat yang belum terbukti melalui riset atau kajian akademik, seharusnya menimbulkan kewaspadaan. 

Keberadaan argumen semacam itu nampaknya lebih merupakan cara pembenaran untuk melanjutkan praktik konsumsi tersebut, tanpa landasan ilmiah yang kuat.

Mengingat kompleksitas dampak negatif yang mungkin terjadi terhadap kesehatan manusia, serta risiko terhadap kesejahteraan hewan dan aspek moralitas, menjadi semakin jelas bahwa kita sebagai manusia memiliki pilihan untuk memilih sumber pangan yang lebih etis dan berkelanjutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun