Kedua, dalam konteks kompensasi, dunia kerja di Indonesia cenderung tidak memberikan perbedaan remunerasi atau reward yang signifikan antara lulusan S1 dan S3.Â
Kurangnya insentif finansial dapat menjadi penghalang bagi individu yang mempertimbangkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Terakhir, investasi waktu, tenaga, dan uang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat S2 dan S3 menjadi faktor lain yang signifikan.Â
Hubungan Kualitas Hidup dengan Jenjang Pendidikan dan Sebaliknya
Lalu, apa hubungannya kualitas hidup dengan jenjang pendidikan, dan sebaliknya? Pertanyaan ini memunculkan keterkaitan yang kompleks antara kualitas hidup masyarakat Indonesia dan tingkat pendidikan yang mereka capai.Â
Tingkat pendidikan yang tinggi secara umum dapat meningkatkan kualitas hidup yang baik bagi individu.Â
Lulusan pendidikan tinggi cenderung memiliki akses lebih baik terhadap lapangan kerja yang berkualitas, kesempatan untuk pengembangan karier, dan pendapatan yang lebih tinggi.Â
Pendidikan tinggi juga membekali individu dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi pada pembangunan.
Begitu juga sebaliknya, kualitas hidup masyarakat dapat memengaruhi minat dan akses terhadap pendidikan tinggi.Â
Kondisi sosial ekonomi yang baik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan tinggi, dengan memberikan sumber daya dan kesempatan yang diperlukan bagi individu untuk mengejar jenjang pendidikan lebih tinggi.Â
Sebaliknya, ketidaksetaraan, kemiskinan, dan minimnya peluang dapat menjadi hambatan bagi masyarakat untuk meraih pendidikan tinggi.
Faktor-faktor seperti minimnya lapangan kerja yang membutuhkan gelar pascasarjana di luar bidang riset, kurangnya perbedaan kompensasi antara lulusan S1 dan S3, serta investasi waktu, tenaga, dan uang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat lanjut menjadi kendala yang perlu diatasi.