Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semua Penghematan Energi di Rumah Saya Terjadi secara Kebetulan

5 November 2023   19:00 Diperbarui: 5 November 2023   19:05 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah kecil sederhana. (Pexels/Efecan Efe)

Pada tulisan kali ini, saya mau berbagi cerita bagaimana semesta pun mendukung keluarga saya dalam penghematan energi.

Penghematan energi di rumah saya adalah kisah kecil yang menarik, yang mengajarkan saya bahwa kebaikan terhadap lingkungan tidak selalu harus dimulai dengan tindakan besar.

Terkadang, tanpa kita sadari, tindakan-tindakan sederhana dan perubahan dalam rutinitas sehari-hari dapat secara signifikan mengurangi jejak karbon kita dan berkontribusi pada pelestarian alam juga penghematan energi.

Saya ingin berbagi pengalaman saya dan keluarga saya dalam penghematan energi, yang ternyata terjadi secara kebetulan, tetapi saya yakin telah memberikan kontribusi positif bagi lingkungan.

Keluarga saya sebelumnya tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang sangat peduli dengan lingkungan. Kehidupan kami cenderung biasa, tanpa perhatian khusus terhadap aspek lingkungan. 

Kami adalah keluarga yang sebagian besar hidup dalam mobilitas, sering pindah dari satu tempat ke tempat lain. 

Sebelum kami memiliki rumah pertama kami, kami memutuskan mengontrak di daerah penyangga Jakarta, seperti Tangerang.

Pada tahun 2020 akhirnya, saya, ayah dan ibu memutuskan untuk berpindah ke Tenjo, Kabupaten Bogor. 

Walaupun secara geografis terletak di Kabupaten Bogor, tapi secara akses, kami lebih dekat dengan Tangerang. 

Perpindahan ini sebenarnya adalah pencapaian besar bagi kami, karena ini adalah rumah pertama yang benar-benar kami perjuangkan di tanah rantau. 

Sebelumnya, rumah kami ada di kampung halaman, di Jogja dan Kuningan. Kami hidup dalam gaya nomaden yang terbiasa dengan perpindahan dan mengontrak rumah sebagai tempat tinggal sementara.

Rumah sebelumnya tempat kami tinggal bersama-sama terdiri dari berbagai peralatan elektronik seperti AC, dua kulkas, mesin cuci, dan dua TV. 

Saat itu, belum ada tuh sistem tentang teknologi efisiensi energi atau lingkungan yang canggih dalam peralatan elektronik kami, maklum peralatan elektronik yang lawas memang begitu.

Namun, ketika kami memutuskan untuk pindah ke rumah yang baru, alat-alat elektronik yang sudah tua dan tidak terlalu efisien kami putuskan untuk diberikan kepada saudara kami. 

Keputusan untuk tidak mengganti peralatan elektronik yang sudah usang dengan yang baru adalah langkah yang tidak disengaja dalam perjalanan penghematan energi keluarga kami. 

Misalnya, untuk AC, di area rumah baru kami cuacanya cenderung lebih sejuk dan sedikit polusi udaranya dibandingkan dengan daerah yang lebih urban seperti Tangerang. 

Oleh karena itu, kami memutuskan untuk tidak menggunakan AC lagi selama di rumah ini.

Hal yang serupa terjadi dengan kulkas. Karena cuaca di sini cenderung lebih dingin, kami tidak lagi membutuhkan perangkat penyejuk makanan. 

Selain itu, pola kerja dan rutinitas harian kami sering kali tidak memberi kesempatan untuk membeli bahan makanan dalam jumlah besar untuk dimasak di rumah. 

Akibatnya, kami lebih memilih untuk membeli makanan siap makan sesuai dengan kebutuhan, yang mengurangi pemakaian kulkas.

Sebagai tambahan, ayah dan ibu saya yang sebelumnya menggunakan masing-masing satu sepeda motor untuk bepergian ke kantor, sekarang memilih untuk berangkat menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik). 

Dengan keputusan ini, satu sepeda motor kami jual dengan penuh pertimbangan. Saya sendiri hanya menggunakan sepeda motor saat pergi ke kampus, sementara ayah dan ibu menggunakan transportasi umum untuk berangkat bekerja.

Itu juga karena akses transportasi umum ke kampus saya belum sepenuhnya ada.

Yang lebih lucu adalah tentang TV di rumah saya. Di Indonesia, pemerintah telah menerapkan kebijakan yang mewajibkan setiap rumah tangga memiliki set top box untuk menerima sinyal televisi digital. 

Namun, kami memutuskan untuk tidak membelinya. Sehingga, TV yang kami miliki tidak lagi digunakan untuk menonton siaran televisi setelah siaran analog dihapuskan.

Biasanya, hanya ibu saya yang menonton TV, dan dia memilih untuk beralih ke menggunakan jaringan data untuk menonton siaran televisi digital. 

Saya menyadari keputusan ini tidak hanya soal penghematan anggaran rumah tangga, tetapi juga mengurangi penggunaan perangkat elektronik yang tidak terlalu diperlukan.

Semua keputusan ini sebenarnya tidak diambil dengan tujuan khusus untuk menghemat energi. 

Keputusan tersebut lebih merupakan hasil dari keadaan dan kebiasaan baru yang kami temui ketika pindah ke rumah baru. 

Namun, setelah melihat kembali, saya menyadari bahwa pilihan-pilihan ini sebenarnya juga membantu dalam upaya penghematan energi.

Pada pengalaman saya dan keluarga, penghematan energi terjadi secara kebetulan, tapi ternyata tetap memiliki dampak positif. 

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa penghematan energi bukan hanya tentang tindakan besar yang terencana dengan baik, tetapi juga tentang kesadaran sehari-hari dan pilihan-pilihan yang mungkin tampak kecil, tetapi memiliki dampak besar. 

Meskipun dalam kisah saya penghematan energi terjadi secara kebetulan,tapi kini saya sudah memahami dan memiliki kesadaran akan lingkungan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Merasakan cuaca ekstrim belakangan ini, krisis air bersih yang terjadi dan banjir yang melanda ketika memasuki musim penghujan, itu semua mungkin dampak dari rutinitas kita yang tanpa kita sadari menjadikan bencana tersebut lebih buruk setiap tahunnya.

Jadi, gak perlu hal besar untuk setiap orang berkontribusi terhadap lingkunag, mulai dengan hal-hal kecil yang datang dalam pilihan hidupmu.

(*B/A)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun