Sebelumnya, rumah kami ada di kampung halaman, di Jogja dan Kuningan. Kami hidup dalam gaya nomaden yang terbiasa dengan perpindahan dan mengontrak rumah sebagai tempat tinggal sementara.
Rumah sebelumnya tempat kami tinggal bersama-sama terdiri dari berbagai peralatan elektronik seperti AC, dua kulkas, mesin cuci, dan dua TV.Â
Saat itu, belum ada tuh sistem tentang teknologi efisiensi energi atau lingkungan yang canggih dalam peralatan elektronik kami, maklum peralatan elektronik yang lawas memang begitu.
Namun, ketika kami memutuskan untuk pindah ke rumah yang baru, alat-alat elektronik yang sudah tua dan tidak terlalu efisien kami putuskan untuk diberikan kepada saudara kami.Â
Keputusan untuk tidak mengganti peralatan elektronik yang sudah usang dengan yang baru adalah langkah yang tidak disengaja dalam perjalanan penghematan energi keluarga kami.Â
Misalnya, untuk AC, di area rumah baru kami cuacanya cenderung lebih sejuk dan sedikit polusi udaranya dibandingkan dengan daerah yang lebih urban seperti Tangerang.Â
Oleh karena itu, kami memutuskan untuk tidak menggunakan AC lagi selama di rumah ini.
Hal yang serupa terjadi dengan kulkas. Karena cuaca di sini cenderung lebih dingin, kami tidak lagi membutuhkan perangkat penyejuk makanan.Â
Selain itu, pola kerja dan rutinitas harian kami sering kali tidak memberi kesempatan untuk membeli bahan makanan dalam jumlah besar untuk dimasak di rumah.Â
Akibatnya, kami lebih memilih untuk membeli makanan siap makan sesuai dengan kebutuhan, yang mengurangi pemakaian kulkas.
Sebagai tambahan, ayah dan ibu saya yang sebelumnya menggunakan masing-masing satu sepeda motor untuk bepergian ke kantor, sekarang memilih untuk berangkat menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik).Â