Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Filosofi di Balik Ragam Menu Hidangan Makan Siang Jokowi dan Ketiga Capres

1 November 2023   07:42 Diperbarui: 1 November 2023   19:37 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang sudah mengulas bagaimana diplomasi meja makan yang dilakukan Jokowi dan apa pesan dari pertemuan tersebut. 

Sedikit berbeda, pada tulisan ini saya mau mencoba mengemukakan pendapat lewat opini saya tentang filosofi di balik pemilihan setiap menu makan siang Jokowi bersama ketiga capres.

Pertemuan makan siang yang diadakan di Istana Kepresidenan pada Senin, 30 Oktober 2023, antara para calon presiden merupakan langkah politik yang tidak hanya menampilkan sebuah pertemuan.

Di balik itu, menurut saya pertemuan ini juga memancarkan pesan kebersamaan dan kedamaian melalui beragam simbolisme yang tersembunyi di dalam hidangan yang disajikan.

Bagi saya, setiap hidangan yang tersaji memiliki makna mendalam yang tidak hanya sekadar lezat di lidah, tetapi juga memiliki filosofi politik dan pesan-pesan yang tersirat di dalamnya. 

Makanan tidak hanya menjadi bahan konsumsi, tetapi menjadi medium simbolik yang memperlihatkan semangat kolaborasi, kerukunan, dan keselarasan.

Filosofi di Balik Variasi Menu Makan Siang Istana

Beberapa hidangan yang disuguhkan termasuk nasi putih, soto lamongan, ayam kodok, sapi lada hitam, dan bebek panggang. 

Tidak hanya itu, juga terdapat hidangan seperti cumi goreng, udang goreng telur asin, kaylan cah sapi, serta minuman berupa es laksamana mengamuk dan jus jeruk.

Baca juga: Gibran Vs Everybody

Saya beropini setiap hidangan yang disajikan memiliki makna filosofisnya sendiri, yang pada dasarnya menjadi metafora dalam dinamika politik:

1. Nasi Putih: 

Melambangkan kesederhanaan, menjadi pengingat bahwa kebijaksanaan seharusnya bersinergi dengan kesederhanaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun