Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempertanyakan Empati Media pada Kasus "Bundir" Mahasiswa di Semarang

22 Oktober 2023   10:42 Diperbarui: 22 Oktober 2023   10:52 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media dipenuhi dengan robot yang tak punya empati sedang mencetak dan produksi berita (Sumber: diproses menggunakan AI Magic Media by Canva)

Mereka seakan-akan menciptakan atmosfer yang mencekam, yang seolah-olah memberikan ketakutan tersendiri.

"Mengapa media begitu terobsesi dengan headline sensasional?" 

Pertanyaan tersebut sering kali muncul di benak saya. Mungkin itu adalah cara bagi media untuk menarik perhatian penonton, meningkatkan tingkat pembaca, dan menjual iklan. 

Namun, harga yang dibayar ketika media mengemas pemberitaan secara sensasional bisa jadi akan lebih buruk. 

Sensasi semacam ini adalah tindakan yang bukan hanya tidak etis, tetapi juga sangat mengkhawatirkan.

Headline sensasional tidak hanya menciptakan perasaan ketakutan atau kengerian tetapi juga bisa memengaruhi individu lain yang sedang rentan.

Selain headline yang sensasional, media juga sering memberikan detail yang berlebihan tentang cara tindakan bunuh diri dilakukan. 

Meida merinci dengan sangat detail bagaimana pelaku bunuh diri melakukan tindakan tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena bisa menjadi panduan bagi orang lain yang terpengaruh.

Misalnya, dalam berita mengenai kasus bunuh diri mahasiswi di Semarang, media memberikan detail yang sangat eksplisit.

Mereka mencakup informasi seperti, "Mahasiswa Unnes bunuh diri dari lantai 4 Mal Paragon Semarang, seorang saksi menemukan kepala korban pecah hingga organ tubuhnya berserakan." 

BUAT APA DETAIL SEPERTI ITU!? Detail seperti itu bukan hanya tidak bijak, tetapi juga sangat berbahaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun