Mereka seakan-akan menciptakan atmosfer yang mencekam, yang seolah-olah memberikan ketakutan tersendiri.
"Mengapa media begitu terobsesi dengan headline sensasional?"Â
Pertanyaan tersebut sering kali muncul di benak saya. Mungkin itu adalah cara bagi media untuk menarik perhatian penonton, meningkatkan tingkat pembaca, dan menjual iklan.Â
Namun, harga yang dibayar ketika media mengemas pemberitaan secara sensasional bisa jadi akan lebih buruk.Â
Sensasi semacam ini adalah tindakan yang bukan hanya tidak etis, tetapi juga sangat mengkhawatirkan.
Headline sensasional tidak hanya menciptakan perasaan ketakutan atau kengerian tetapi juga bisa memengaruhi individu lain yang sedang rentan.
Selain headline yang sensasional, media juga sering memberikan detail yang berlebihan tentang cara tindakan bunuh diri dilakukan.Â
Meida merinci dengan sangat detail bagaimana pelaku bunuh diri melakukan tindakan tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena bisa menjadi panduan bagi orang lain yang terpengaruh.
Misalnya, dalam berita mengenai kasus bunuh diri mahasiswi di Semarang, media memberikan detail yang sangat eksplisit.
Mereka mencakup informasi seperti, "Mahasiswa Unnes bunuh diri dari lantai 4 Mal Paragon Semarang, seorang saksi menemukan kepala korban pecah hingga organ tubuhnya berserakan."Â
BUAT APA DETAIL SEPERTI ITU!? Detail seperti itu bukan hanya tidak bijak, tetapi juga sangat berbahaya.Â