Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema Mahasiswa: Ketika Like dan Subscribe Menjadi Syarat untuk Mendapatkan Nilai

19 Oktober 2023   09:38 Diperbarui: 19 Oktober 2023   15:02 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tombol like. (freepik.com/@jannoon028)

Dalam era digital yang semakin berkembang, pengajar baik itu guru dan dosen di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia mulai mengeksplorasi cara-cara baru untuk berinteraksi dengan para siswa atau mahasiswa mereka. 

Salah satu cara yang semakin populer adalah menggunakan platform media sosial dan situs berbagi video seperti YouTube. 

Namun, ada perdebatan yang sedang berlangsung tentang apakah dosen boleh mensyaratkan like dan subscribe sebagai bagian dari penilaian tugas. 

Saya akan berbagi pengalaman pribadi saya sebagai seorang mahasiswa dan menjelaskan pro dan kontra dari praktik ini.

Pengalaman Pribadi

Saya adalah seorang mahasiswa yang telah menghadapi situasi di mana beberapa tugas mengharus like  dan subscribe pada kanal YouTube sebagai bagian dari penilaian tugas. 

Pengalaman ini membuat saya merenung, apakah ini merupakan praktik yang adil dan sesuai dengan tujuan pendidikan yang seharusnya. 

Salah satu pengalaman yang paling mencolok adalah ketika seorang dosen menginstruksikan seluruh kelas yang diajarnya untuk melakukan like dan subscribe pada kanal YouTube pribadinya sebagai syarat untuk mendapatkan poin tambahan. 

Ya, memang sih mungkin bagi kebanyakan orang ini hal yang sepele. Namun, bayangkan jika fenomena ini terus menjamur dan justru mengaburkan tujuan penting pendidikan itu sendiri.

Pro: Katanya sih Meningkatkan Keterlibatan dan Aksesibilitas

Salah satu argumen yang sering dikemukakan oleh mereka yang menggunakan praktik ini adalah bahwa mensyaratkan like dan subscribe dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa. 

Pengajar dapat memanfaatkan media sosial dan platform berbagi video untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan. 

Dengan mensyaratkan like  dan subscribe mahasiswa diharapkan akan lebih aktif mengikuti materi pembelajaran yang disajikan melalui platform tersebut.

Selain itu, penggunaan media sosial dan situs berbagi video juga membuat materi pembelajaran lebih mudah diakses. 

Dengan subscribe pada kanal YouTube dosen, mahasiswa dapat dengan mudah mengakses konten tambahan, video tutorial, atau bahan ajar lainnya yang mungkin tidak tersedia di dalam kelas.

Kontra: Kira-kira Etis Gak Ya?

Meskipun terdapat argumen yang mendukung praktik ini, banyak juga yang berpendapat bahwa mensyaratkan like dan subscribe  adalah tindakan yang kurang etis. 

Tugas akademis seharusnya dinilai berdasarkan pemahaman dan penyerapan materi oleh mahasiswa, bukan atas dasar sejauh mana mereka setuju untuk memberikan like atau subscribe. 

Hal ini dapat menciptakan ketidaksetaraan di antara mahasiswa yang mungkin tidak memiliki akses atau minat pada media sosial.

Beberapa mungkin merasa terdorong untuk melakukannya demi mendapatkan nilai yang lebih baik, meskipun mereka sebenarnya tidak sepenuhnya setuju dengan konten atau pandangan yang disajikan. 

Hal ini dapat menghambat kebebasan berpendapat dan pemikiran kritis mahasiswa, yang seharusnya menjadi inti dari pendidikan tinggi.

Pro: Katanya sih Peningkatan Visibilitas Dosen

Dosen yang mensyaratkan like dan subscribe pada konten mereka juga dapat mendapatkan manfaat pribadi dari praktik ini. 

Mereka dapat meningkatkan visibilitas di dunia maya, memperluas jangkauan pesan-pesan pendidikan mereka, dan membangun komunitas yang lebih besar di luar kelas. 

Dengan adanya umpan balik positif dalam bentuk like dan subscribe, dosen mungkin dapat merasa lebih termotivasi untuk terus mengembangkan dan menyempurnakan metode pengajarannya.

Selain itu, media sosial dan platform berbagi video juga memberikan dosen kesempatan untuk berbagi konten pendidikan dengan audiens yang lebih luas, tidak hanya dengan mahasiswa mereka. 

Kontra: Tapi kok Ada Potensi Konflik Kepentingan

Namun, ada juga potensi konflik kepentingan yang muncul ketika dosen meminta like dan subscribe pada konten mereka. 

Hal ini terutama berlaku jika dosen memiliki kepentingan finansial untuk kanal YouTube atau platform berbagi video mereka. 

Misalnya, jika mereka mendapatkan penghasilan dari iklan yang muncul di video mereka, maka tuntutan untuk mendapatkan like dan subscribe bisa menjadi hal yang kontroversial. 

Mahasiswa mungkin merasa bahwa tuntutan ini lebih tentang keuntungan pribadi daripada meningkatkan pengalaman belajar mereka.

Kesimpulan

Mensyaratkan like dan subscribe dalam menilai tugas adalah praktik yang kontroversial di dunia pendidikan. 

Terdapat beberapa argumen yang mendukungnya, seperti peningkatan keterlibatan, aksesibilitas, dan visibilitas dosen. 

Namun juga ada argumen yang menentangnya, seperti tekanan tidak wajar, konflik kepentingan, dan penghambatan pemikiran kritis mahasiswa.

Sebagai seorang mahasiswa, saya percaya bahwa pendekatan yang seimbang dan adil harus diambil. Dosen harus dapat menggunakan media sosial dan platform berbagi video untuk meningkatkan pengalaman belajar.

Namun tuntutan untuk like dan subscribe tidak boleh menjadi faktor penentu dalam penilaian tugas. Sebaliknya, penilaian harus didasarkan pada pemahaman dan pencapaian akademis mahasiswa.

Penting bagi kita untuk terus mendiskusikan dan mengevaluasi praktik ini agar kita dapat mencapai keseimbangan yang tepat antara pemanfaatan teknologi dan prinsip-prinsip etika dalam pendidikan. 

Di dunia yang semakin terhubung secara digital, penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai pendidikan yang mendasar tetap dijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun