Dalam era modern ini, layar gawai atau komputer telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan layar gawai tidak hanya menjadi alat bantu dalam pekerjaan, tetapi juga sebagai sumber hiburan yang sangat populer.Â
Namun, ada sisi lain yang sering kali terlupakan dalam ketergantungan kita pada teknologi ini, yaitu masalah kesehatan yang timbul akibat penggunaan komputer dan gawai yang berlebihan.Â
Tidak bisa disangkal bahwa penggunaan komputer dalam berbagai aspek kehidupan kita dapat menjadi pemicu potensial bagi masalah kesehatan, terutama yang berhubungan dengan mata.
Saya sendiri, sebagai salah satu pengguna komputer yang aktif, merasakan beberapa dampak yang mungkin tidak kita sadari secara langsung.Â
Sudah menjadi rahasia umum bahwa terlalu lama di depan layar komputer dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada mata, bahkan dampak jangka panjang yang serius.Â
Data menunjukkan bahwa sekitar 70% pekerja komputer di seluruh dunia mengalami masalah penglihatan, dan tingkat insidensinya semakin meningkat.Â
Bahkan di Amerika Serikat, hampir 90% anak-anak menggunakan komputer setiap hari di rumah atau di sekolah.Â
Durasi penggunaan komputer yang terlalu lama telah menjadi penyebab utama munculnya masalah yang dikenal sebagai Computer Vision Syndrome (CVS) (Rosenfield, 2011).
Computer Vision Syndrome
Menurut American Optometric Association (AOA), CVS adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai masalah mata yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat, terutama yang melibatkan penggunaan komputer.Â
Masalah ini tidak mengenal batasan usia, dan bukan hanya pekerja dewasa yang terpengaruh. Banyak anak-anak dan remaja yang aktif menggunakan komputer setiap hari juga berisiko mengalami CVS.
Data di Amerika Serikat mencatat bahwa lebih dari 143 juta orang menggunakan komputer sebagai bagian rutin pekerjaan sehari-hari, dan 90% dari mereka mengeluhkan kelelahan mata.Â
Lebih dari 60 juta orang melaporkan mengalami masalah mata atau gangguan penglihatan yang disebabkan oleh penggunaan komputer, dan satu juta kasus baru dilaporkan setiap tahun (Rosenfield, 2011).Â
Bahkan, 75% dari mereka yang bekerja berjam-jam di depan komputer melaporkan mengalami gejala visual yang mengganggu (Cabrera & Lim-Bon-Siong, 2010).
Gejala CVS yang sering kali muncul meliputi mata tegang, mata lelah, kesulitan dalam memfokuskan mata, mata kering dan teriritasi, serta sakit kepala.Â
Gejala-gejala ini terjadi karena mata harus terlalu banyak berakomodasi dalam jarak dekat, yang membuat otot-otot siliaris bekerja lebih keras dan akhirnya menyebabkan rasa lelah dan sakit kepala.Â
Di Sri Lanka, keluhan CVS yang paling umum dilaporkan adalah sakit kepala (sekitar 45,7%), diikuti oleh mata kering (sekitar 31,1%) (Ranasinghe et al., 2016).Â
Mata kering tampaknya menjadi penyumbang utama keluhan CVS. Pengguna komputer sering mengeluhkan mata terasa terbakar, berat, atau bahkan berair saat penggunaan komputer yang berkepanjangan.
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi timbulnya CVS, termasuk durasi penggunaan komputer, jarak mata terhadap layar komputer, tinggi dan sudut kemiringan layar, pengaturan intensitas cahaya layar komputer, serta kondisi lingkungan sekitarnya.
Selain itu, jenis komputer yang digunakan dan apakah seseorang menggunakan kacamata, lensa kontak, atau pelindung pantulan cahaya (glare cover) juga berperan penting dalam risiko CVS.
Studi oleh Azkadina di Semarang menunjukkan bahwa faktor risiko terbesar yang berpengaruh terhadap timbulnya CVS adalah jenis kelamin, durasi bekerja di depan komputer, dan lama istirahat setelah penggunaan komputer (Azkadina et al., 2012) .Â
Begitu pula, penelitian oleh Ranasinghe mengidentifikasi pekerja wanita, durasi penggunaan komputer yang lebih lama, riwayat penyakit mata, dan penggunaan VDT filter pada layar komputer sebagai faktor risiko tertinggi dalam CVS.
Tips Menjaga Kesehatan Mata di Era Digital
Saat ini, kita tidak bisa menghindari interaksi harian dengan berbagai perangkat digital, termasuk ponsel pintar, tablet, dan komputer.Â
Sebagai pengguna aktif gawai, saya menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan mata dalam menghadapi paparan cahaya dari layar-layar ini.Â
Dalam pengalaman pribadi dan beberapa sumber termasuk Kompas.com, saya ingin berbagi beberapa tips yang telah saya praktikkan untuk menjaga kesehatan mata.
1. Jarak Pandang yang Aman
Pertama-tama, penting untuk selalu menjaga jarak pandang yang aman ketika menggunakan gawai. Disarankan untuk menjaga jarak sekitar 40-50 centimeter dari layar.Â
Dengan menjauhkan mata dari layar, kita dapat mengurangi paparan cahaya yang langsung diterima mata. Hal ini membantu mengurangi stres pada mata.
2. Kurangi Kecerahan Layar
Sering kali, tingkat kecerahan layar gawai kita diatur terlalu tinggi. Mengurangi tingkat kecerahan layar dapat membantu mencegah kelelahan mata yang disebabkan oleh paparan cahaya yang berlebihan.Â
Cobalah untuk menyesuaikan kecerahan layar ke tingkat yang nyaman, terutama dalam kondisi pencahayaan yang baik.
3. Terapkan Prinsip 20-20-20
Mungkin belum banyak yang tahu tentang prinsip 20-20-20 atau Rule of Twenty, ini adalah metode yang sangat efektif.Â
Prinsip ini mengajarkan untuk memberikan istirahat pada mata selama 20 detik setelah melihat layar selama 20 menit.Â
Selama istirahat ini, coba fokuskan pandangan pada objek yang berjarak sekitar 20 kaki atau sekitar 6 meter dari posisi mata. Ini membantu merelaksasi mata dan mengurangi stres yang mungkin terjadi.
4. Relaksasi Mata
Selain tindakan pencegahan, relaksasi mata juga sangat penting. Saya biasanya menggosok kedua tangan saya untuk menghasilkan sedikit panas, lalu meletakkan telapak tangan hangat di atas kelopak mata yang dipejam.Â
Melakukan hal ini memberikan sensasi yang sangat nyaman dan membantu mata beristirahat. Kalian juga bisa mencoba memijat pelan kedua pelipis untuk meredakan ketegangan pada mata.
5. Batas Waktu Penggunaan Gawai
Poin terakhir ini mungkin paling sulit dilakukan, terutama bagi anak-anak dan remaja yang gemar bermain game atau menonton konten digital.Â
Meskipun sudah melakukan upaya untuk menjaga mata, tetapi jika penggunaan gawai berkepanjangan, itu dapat merusak mata juga.Â
Oleh karena itu, saya menyarankan untuk membatasi waktu penggunaan gawai, terutama saat bermain game atau menonton video. Cobalah untuk memberikan istirahat selama 10 hingga 15 menit setelah penggunaan gawai selama 2 jam.
Dengan menerapkan tips-tips di atas, semoga dapat membantu kalian dan semua pengguna gawai lainnya menjaga kesehatan mata agar tetap prima dalam menghadapi era digital yang terus berkembang.
Penutup
Dalam era digital yang semakin mengglobal, kesehatan mata menjadi sangat penting, terutama bagi kita yang aktif menggunakan gawai dan komputer dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-hari.Â
Computer Vision Syndrome (CVS) adalah masalah yang semakin umum terjadi akibat paparan cahaya layar komputer yang berkepanjangan.Â
Dengan menerapkan tips-tips di atas, kita dapat menjaga kesehatan mata kita di era digital ini.Â
Mata adalah jendela dunia kita, dan menjaga kesehatannya adalah investasi yang sangat berharga untuk kualitas hidup dan produktivitas kita.Â
Semoga informasi dalam artikel ini bermanfaat bagi kita semua untuk menjaga mata tetap sehat dan prima dalam menghadapi tuntutan dunia kerja dan gaya hidup modern.
SELESAI.
Ref:
- Azkadina, A., Julianti, H. P., & Pramono, D. (2012). Hubungan antara faktor risiko individual dan komputer terhadap kejadian computer vision syndrome. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 1(1). http://eprints.undip.ac.id/37339/
- Cabrera, S. R. G., & Lim-Bon-Siong, R. (2010). A survey of eye-related complaints among call-center agents in Metro Manila. Philippine Journal of Ophthalmology, 35(2), 65--69. https://www.apamedcentral.org/search.php?where=aview&id=10.0000/pjo.2010.35.2.65&code=0014PJO&vmode=FULL
- Computer vision syndrome (Digital eye strain). (n.d.). https://www.aoa.org/healthy-eyes/eye-and-vision-conditions/computer-vision-syndrome?sso=y
- Ranasinghe, P., Wathurapatha, W. S., Perera, Y. S., Lamabadusuriya, D. A., Kulatunga, S., Jayawardana, N., & Katulanda, P. (2016). Computer vision syndrome among computer office workers in a developing country: an evaluation of prevalence and risk factors. BMC Research Notes, 9(1). https://doi.org/10.1186/s13104-016-1962-1
- Rosenfield, M. (2011). Computer vision syndrome: a review of ocular causes and potential treatments. Ophthalmic and Physiological Optics, 31(5), 502--515. https://doi.org/10.1111/j.1475-1313.2011.00834.x
- Sari, F. T. A., & Himayani, R. (2018). Faktor risiko terjadinya Computer Vision syndrome. Jurnal Majority, 7(2), 278--282. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/1890/1858
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI