SMA kala itu adalah periode yang penuh dengan pergaulan dan dinamika sosial. Teman-teman sebaya saya memiliki gaya hidup yang cukup berbeda dari apa yang biasa saya alami di rumah.
Kondisi ekonomi keluarga saya tidak memungkinkan untuk mengikuti gaya hidup yang sama dengan teman-teman saya. Hal ini membuat saya merasa kesulitan untuk terus-terusan bersosialisasi dengan mereka, terutama jika aktivitas yang mereka lakukan melibatkan biaya yang cukup tinggi.Â
Saya akhirnya menjadi selektif dalam memilih teman, lebih memilih untuk bergaul dengan mereka yang memiliki minat dan latar belakang yang seirama dengan saya.
Namun, ada juga teman-teman dari latar belakang yang lebih 'elit' yang ingin mendekatkan diri kepada saya. Ini merupakan pengalaman yang menarik, karena mereka ingin mengenal lebih jauh tentang kehidupan saya. Mereka yang bersedia berbicara dan mendengarkan membuat saya merasa dihargai dan diterima apa adanya.
Untungnya, saya tidak pernah merasa perlu mengorbankan identitas atau integritas saya untuk mendapatkan persahabatan. Meskipun ada tekanan untuk mengikuti pola gaya hidup yang berbeda, saya tetap setia pada nilai-nilai dan prinsip yang diajarkan oleh orang tua saya.Â
Saya tumbuh dengan pemahaman bahwa identitas sosial saya adalah bagian dari siapa saya, dan saya tidak perlu mengubahnya untuk diterima oleh orang lain.
Meskipun perjalanan itu tidak selalu mudah, pengalaman ini telah membantu saya tumbuh dan menghargai nilai-nilai sejati dalam persahabatan dan hubungan sosial. Saya belajar untuk memilih teman-teman yang menerima saya apa adanya, dan tidak hanya berdasarkan aspek materi atau gaya hidup semata.
Penutup
Dari cerita saya di atas, kita dapat menarik pelajaran berharga tentang keberagaman pengalaman dan tantangan yang dapat dihadapi dalam kehidupan, terutama sebagai seorang anak guru.Â
Di balik semua itu, kita harus selalu ingat bahwa setiap pengalaman, baik suka maupun duka, adalah bagian dari perjalanan kita untuk menjadi individu yang lebih baik.Â
Jadi, mari kita terus menghargai pengalaman kita, belajar dari kesalahan, dan berusaha untuk menjadi individu yang lebih baik setiap hari. Semua perjuangan dan pencapaian kita adalah langkah-langkah menuju masa depan yang cerah.Â
Saya juga ingin menekankan bahwa, meskipun ada tantangan dan pengalaman unik yang datang dengan menjadi anak guru, saya bersyukur atas pengalaman hidup ini.Â