Selain dampak kesehatan, asbes memiliki beberapa kekurangan dalam aspek bangunan. Atap dari asbes cenderung membuat suhu di dalam ruangan lebih panas dibandingkan dengan atap dari genteng tanah liat.Â
Walaupun asbes terbilang ringan, material ini mudah pecah dan rapuh. Hal ini mengharuskan kita berhati-hati saat pengiriman dan pemasangan, karena material asbes bisa pecah jika tertimpa benda keras.
Pada konteks bangunan lain, penggunaan asbes saat ini lebih banyak ditemukan pada bangunan industri seperti pabrik dan gudang.Â
Namun dengan berbagai risiko yang ada, sudah saatnya masyarakat lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan penggunaan material ini.
Gunakan Alternatif Lain
Alternatif pengganti asbes kini banyak tersedia di pasaran sebagai respon terhadap berbagai risiko kesehatan yang diakibatkan oleh asbes.Â
Beberapa bahan pengganti asbes yang populer dan lebih aman antara lain:
1. Genteng Metal:
Terbuat dari baja yang telah dilapisi sehingga tahan terhadap karat. Genteng jenis ini ringan, tahan lama, dan memiliki variasi warna yang dapat disesuaikan dengan selera.Â
Meski harganya mungkin sedikit lebih tinggi dibanding asbes, namun durabilitas dan keamanannya jauh lebih baik.
2. Genteng Beton atau Genteng Keramik:
Keduanya tahan lama dan dapat menahan panas dengan baik. Genteng jenis ini memberikan tampilan estetika yang lebih baik dan memiliki umur pakai yang lama.
3. Atap Onduline:Â
Terbuat dari selulosa yang dicampur dengan bitumen. Atap ini ringan, kedap air, dan tahan lama. Selain itu, onduline juga memiliki sifat isolasi suara dan panas
4. Atap Polyvinyl Chloride (PVC):Â
Atap ini tahan terhadap karat, ringan, dan mudah dipasang. Atap PVC juga tahan lama dan dapat menolak panas dengan efektif.
Ketika memilih bahan pengganti asbes, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya, durabilitas, serta kebutuhan dan karakteristik bangunan.Â
Meskipun investasi awal mungkin lebih mahal dibandingkan dengan asbes, bahan-bahan alternatif ini cenderung lebih tahan lama, aman, dan ramah lingkungan.
***
Dalam era modern ini, kita seringkali dihadapkan pada dilema antara memilih produk yang lebih murah atau memprioritaskan kesehatan dan keselamatan.Â
Banyak dari kita cenderung tergiur dengan harga yang ekonomis, terutama dalam situasi ekonomi yang tidak pasti. Namun, apakah penghematan jangka pendek sebanding dengan potensi risiko kesehatan jangka panjang?Â