Faktanya, penyerapan karbon dioksida terbesar di Indonesia bukan dari hutan. Artikel tersebut sedang menjelaskan hoaks tentang deforestasi, tapi fakta di dalamnya sama sekali tidak mendukung argumen tersebut. Di bawah ini penjelasannya.
Bagaimana Penjelasannya?
Data/Fakta Pertama
Dikutip dari Greenpeace Indonesia lewat artikelnya berjudul "Kegagalan Penyelesaian Sawit Dalam Kawasan Hutan, Bahayakan Keselamatan Manusia dan Planet Bumi".Â
Selama rentang waktu 2001 hingga 2019, Greenpeace Indonesia menemukan bahwa sekitar 870.995 hektar hutan primer di kawasan hutan telah berubah menjadi kebun sawit. Perubahan ini diperkirakan telah mengeluarkan sekitar 104 juta ton karbon ke atmosfer.Â
Jumlah ini setara dengan 33 kali emisi karbon tahunan yang dihasilkan oleh konsumsi listrik seluruh rumah di Jakarta, atau sekitar 60% dari total emisi karbon tahunan yang dihasilkan oleh penerbangan internasional.
Data/Fakta Kedua
Pada unggahan di Palmoilina.asia dalam "Perbandingan Luas Hutan, Deforestasi Dan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia". Di situ disebutkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap periodenya.
Penjabarannya seperti ini,Â
- 1950-1985, luas hutan mencapai 119.7 juta hektar, luas deforestasi sebesar 68.1 juta hektar, sedangkan luas perkebunan kelapa sawit hanya sebesar 597 ribu hektar atau hanya sekitar 0.9 persen dari luas deforestasi.Â
- 1985-2000, luas deforestasi mencapai 84.4 juta hektar sedangkan luas kebun sawit sebesar 4.2 juta hektar atau hanya 5 persen dari deforestasi.Â
- 2000-2020, luas deforestasi mencapai 106.2 juta hektar sedangkan luas kebun sawit sebesar 14.9 juta hektar atau hanya 14 persen dari deforestasi.
Lalu dilanjutkan dengan statement "Artinya perkebunan kelapa sawit bukan menjadi driver utama deforestasi hutan di Indonesia."Â
Statement tersebut memang merupakan sebuah fakta. Namun, tidak melunturkan fakta bahwa kebun sawit juga menjadi penyebab dalam deforestasi hutan di Indonesia (meskipun bukan yang utama).
TAPI,