Hai, readers! Udah pada tahu gak sih, akhir-akhir ini lagi viral kasus chat adik tingkat yang gak sopan, atau sebenernya seniornya yang gak asik?
Eits, udah cukup. Kali ini saya gak lagi ngebela salah satunya. Saya hanya ingin menyoroti hal-hal yang sebenernya gak butuh untuk diviralkan sih.
Jadi, opini saya di bawah ini gak mewakili siapapun. Ini hanya opini pribadi saya yang merasa resah karena sekarang segala keburukan orang udah bisa dijadiin konten.
Kalian sadar kan kalo hidup ini penuh dengan kesalahan? Yup, mungkin ada beberapa di antara kita yang mengangguk-angguk setuju.Â
Tapi, coba deh kita tanya lagi, gimana caranya kita menghadapi kesalahan itu? Apakah lebih baik memviralkannya dan membuat ribut, ataukah lebih bijaksana jika kita memperbaikinya secara lebih elegan?
***
Dalam dunia digital yang semakin maju ini, informasi beredar dengan sangat cepatnya. Satu kesalahan kecil aja bisa langsung menjadi bahan pembicaraan dan akhirnya viral di media sosial.Â
Bener sih, bisa aja jadi bahan guyonan sehari-hari. Tapi, perlu diingat juga bahwa apa yang kita sebarkan di dunia maya itu bisa berdampak besar terutama untuk yang bersangkutan.
Bukannya gak boleh memviralkan kesalahan, ya. Tapi, sebelum kita ngegas dan langsung nge-share tanpa mikir dua kali, coba deh kita renungkan dulu.Â
Apa untungnya bagi kita dan orang lain jika kita memviralkan kesalahan seseorang? Apakah tujuan hidup kita buat jadi "polisi moral" yang ngeliat kesalahan orang lain terus langsung jerit-jerit di medsos?