Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Risalah: Apakah Kesalahan Seseorang Wajib untuk Kita Viralkan?

28 Juli 2023   07:30 Diperbarui: 28 Juli 2023   07:35 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi segala sesuatu menjadi viral. (Freepik.com/@Freepik)

Hai, readers! Udah pada tahu gak sih, akhir-akhir ini lagi viral kasus chat adik tingkat yang gak sopan, atau sebenernya seniornya yang gak asik?

Eits, udah cukup. Kali ini saya gak lagi ngebela salah satunya. Saya hanya ingin menyoroti hal-hal yang sebenernya gak butuh untuk diviralkan sih.

Jadi, opini saya di bawah ini gak mewakili siapapun. Ini hanya opini pribadi saya yang merasa resah karena sekarang segala keburukan orang udah bisa dijadiin konten.

Kalian sadar kan kalo hidup ini penuh dengan kesalahan? Yup, mungkin ada beberapa di antara kita yang mengangguk-angguk setuju. 

Tapi, coba deh kita tanya lagi, gimana caranya kita menghadapi kesalahan itu? Apakah lebih baik memviralkannya dan membuat ribut, ataukah lebih bijaksana jika kita memperbaikinya secara lebih elegan?

***

Dalam dunia digital yang semakin maju ini, informasi beredar dengan sangat cepatnya. Satu kesalahan kecil aja bisa langsung menjadi bahan pembicaraan dan akhirnya viral di media sosial. 

Bener sih, bisa aja jadi bahan guyonan sehari-hari. Tapi, perlu diingat juga bahwa apa yang kita sebarkan di dunia maya itu bisa berdampak besar terutama untuk yang bersangkutan.

Bukannya gak boleh memviralkan kesalahan, ya. Tapi, sebelum kita ngegas dan langsung nge-share tanpa mikir dua kali, coba deh kita renungkan dulu. 

Apa untungnya bagi kita dan orang lain jika kita memviralkan kesalahan seseorang? Apakah tujuan hidup kita buat jadi "polisi moral" yang ngeliat kesalahan orang lain terus langsung jerit-jerit di medsos?

Ada cara yang lebih bijaksana untuk menghadapi kesalahan. Bagaimana kalau kita mencoba berbicara langsung dengan orang yang bersangkutan secara pribadi? 

Ya, memang sih, ini bisa jadi lebih susah daripada sekedar nge-tap layar dan ngetik komentar pedas di bawah sebuah postingan. Tapi percayalah, berbicara langsung itu bisa lebih menyentuh hati dan bisa bikin orang lebih mengerti akan kesalahannya.

Dengan berbicara secara langsung, kita bisa saling berbagi pandangan, saling menghargai, dan mencari solusi bersama. Kita bisa menunjukkan bahwa kita bukan cuma pengamat yang suka menghakimi, tapi juga peduli dan ingin membantu. 

Lho, kok bisa gitu? Ya, karena berbicara langsung membuat kita lebih manusiawi dan nggak cuma jadi "netizen kejam" di balik layar.

Jadi, kalo punya teman atau sahabat yang salah, yuk, coba deh duduk berdua dengannya. Bukan untuk menyalahkan, tapi untuk mencari jalan keluar. 

Kalo emang perlu minta maaf, ya, minta maaf. Kalo ada kesalahan yang bisa diperbaiki, ya, perbaiki. Bukan cuma kesalahan yang bisa menyebar dengan cepat, kebaikan juga bisa, lho!

***

Intinya, gak usah terlalu bersemangat memperbesar-besarkan kesalahan orang lain. Mengingatkan dan membantu memperbaikinya adalah jalan yang lebih baik. 

Dengan begitu, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik, di mana setiap orang saling menghormati dan mau belajar dari kesalahan.

Jadi, mulai sekarang, yuk tinggalkan sikap "suka viralkan kesalahan" dan ganti dengan "senang bantu perbaiki kesalahan." Dengan begitu, dunia maya bisa jadi tempat yang lebih positif dan bermanfaat untuk semua orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun