Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Satu Renungan yang Bisa Menyelamatkan Pernikahan Anda

30 April 2014   14:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:01 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13988187521517262905

Sampai saat ini saya masih menunggu nunggu Tim Admin membuka kanal "love and relationship". Sehingga tiap kali mau menulis artikel semacam ini, saya tidak pusing dan ribet sendiri, akhirnya nyosor di kanal muda. Sempat lucu juga ketika artikel saya yang di-HL admin tentang " Yang Perlu  Diperjelas sebelum Menikah", malah dipindahkan ke kanal Sosbud oleh admin, dan ajaibnya masuk di segmen Jakarta Baru.

Ya sudahlah, mau nyungsep di mana saja yang penting inti artikelnya kesampaian, dan kita bersama-sama bisa memetik hikmahnya. Kata rekan Ifani, yang penting artikelnya menarik, ngaktuwal, inspiratip sekaligus bermangpaat....!.  Kalau yang ngomong itu emak-emak cakep, sebaiknya jangan dibantah lagi, namun segera saja mengiyakan biar ringkas dan disuguhin minuman. Piiissssss bu Maia-es-lemon-tea..... (foto pp-nya asli mirip Maia-es-teh -hangat, idolanya kong Arke).

Terpaksalah saya sekali-kali menggusur rekan Nararya di kolom filsafat, karena apa yang mau dibahas di bawah ini sungguh mengandung pemahaman yang secara filsafat sangat mendalam, lebih dalam dari sumur bor. Pak Nar, jangan kuatir, saya gak' bawa-bawa racun untuk meracuni sumur, cuma bawa jaket pelampung, in case kepeleset dan nyungsep!. Lagian di kanal Filsafat biasanya agak-agak sepi, karena kebanyakan berisi penulis mellow yang cerdasnya menakutkan..... Halaaaahh... kok jadi melantur. Mari kita mulai sebelum Anda keburu ngantuk membaca.

Sudah beberapa kali saya menulis soal perselingkuhan dan efeknya yang mahadahsyat terhadap kelanggengan pernikahan. Tidak banyak pernikahan yang pernah dilanda prahara selingkuh dapat bertahan. Lebih langka lagi menemukan pernikahan yang bukan saja bisa bertahan, tapi malah menjadi semakin kuat dengan membuka lembaran baru pascaselingkuh.

Sedikit bukan berarti tidak ada. Saya tetap konsisten mengatakan bahwa tidak ada kesalahan yang terlalu besar untuk tidak dapat dimaafkan dengan cinta. Selingkuh itu menyakitkan, membuat harga diri pasangan hancur lebur, dan amat sulit dilupakan. Tapi saya menolak mengatakan itu adalah kesalahan yang tidak mungkin dimaafkan. Segala sesuatu di dunia ini mungkin terjadi. Kalau kita berusaha dan meminta Tuhan menolong.

Beberapa inbox yang saya terima ada yang mengatakan... "budos sih tidak pernah mengalami... jadi sepertinya mudah saja menganjurkan untuk berdamai dan memaafkan..."

Waduh, justru kalau mau gampangnya saja, maka saya bisa secara ringkas mengatakan..."iya tinggalkan saja suamimu yang brengsek itu. Sekali selingkuh tetap selingkuh. Memang pria banyak yang tak tahu diuntung!"

Akan berapa banyak keluarga yang hancur lebur karena salah satu pasangan tidak memiliki hati yang cukup luas untuk memaafkan? Saya  kasihan melihat anak-anak korban perceraian. Meskipun tidak selalu keputusan bercerai itu jelek. Kalau Anda terus terusan dikhianati, dilecehkan, dan disakiti lahir batin, maka saat ini juga saya katakan..., "Keluarlah dari situ dan buka lembaran baru. Jangan biarkan seorang pun merendahkan Anda, karena Anda sungguh makhluk Tuhan yang berharga dan berhak untuk bahagia."

Saya tidak bicara tentang perselingkuhan yang sudah menjadi hobi atau pakaian sehari-hari. Kalau itu tidak perlu dibicarakan lagi tapi langsung saja ditindaki. Pilihannya cuma dua: Kalau mau bertahan tidak usah terlalu cerewet dan banyak curhat, karena itu sudah hobi pasangan. Kalau tidak bisa menerima penghianatan yang berulang kali, cepat suruh dia angkat kaki dan tata kembali kehidupan Anda bersama anak-anak. Pastikan rumah dan aset lainnya menjadi milik Anda dan anak-anak. Yang tukang tipu silahkan ngeloyor....

Artikel ini khusus soal selingkuh yang saya sebut sebagai suatu "kekhilafan". Kata Pakde Kartono, manusia tempatnya khilaf. Bener juga Pakde... tapi jangan tiap minggu khilafnya sama di tempat berbeda ya Pakde... itu hobi khilaf namanya....

Jika pasangan Anda sadar dia telah melakukan kesalahan besar dengan menyakiti Anda karena selingkuh, dan benar-benar ingin memperbaiki hubungan serta meminta maaf, maka sebagai sahabat Anda, saya menganjurkan untuk dimaafkan.

Memang sulit, karena bagi wanita khususnya, selingkuh itu soal harga diri yang tersinggung. Akan selalu ada pertanyaan yang muncul di benak, "Apa kurangnya diriku dibandingkan selingkuhannya?"

Jawaban saya.... "Yang kurang dan tidak cakep itu bukan Anda, tapi pasangan yang mengkhianati dan si wanita selingkuhannya, yang mau-maunya terbujuk rayu atau malah membujuk suami anda untuk berdosa."

Bukan berarti kita sebagai manusia tidak lagi mau berusaha memperbaiki diri dan menjadi versi terbaik, tapi stop menyalahkan diri sendiri atas dosa pasangan Anda.

Minggu lalu saya menonton film yang sangat menggugah hati, judulnya "The Vow". Karena ini bukan membahas film, maka satu kalimat kunci yang luar biasa indah saya kutip dari film tersebut... Ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan sahabat anaknya sendiri, sang istri setelah melewati proses evaluasi dan berpikir yang lama, akhirnya memutuskan untuk mempertahankan rumah tangganya.

Kalimat yang dikatakannya semoga menjadi bahan bagi kita semua untuk direnungi dan mudah-mudahan bermanfaat.... "Aku memutuskan untuk memaafkan dia dari satu kesalahannya, bukan karena aku terlalu baik.... tapi  aku memilih untuk mengingat ratusan kebaikannya yang lain, dan melupakan satu kesalahannya yang menyakiti hatiku."

Semoga rumah tangga Anda semua diisi dengan banyak kebaikan dan cinta, serta memiliki cukup ruang untuk memaafkan....!

Stay loving my friends. I love you all.

*gambar dari http://2.bp.blogspot.com/-PNzcpeon_Aw/UT6TJNVSUBI/AAAAAAAAAlw/wSMTPGdFUp0/s1600/forgive.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun