Jujur, saya jarang menggunakan transportasi umum, apalagi Transjakarta yang biasa disebut busway itu. Karena memang saya bukan warga DKI dan sudah lama tidak bekerja tetap di wilayah itu. Mungkin saya baru tiga atau empat kali naik busway, dan terakhir naik kira-kira sudah tiga atau empat tahun lalu. Padahal Transjakarta sudah ada sejak tahun 2004.
Namun pada suatu sore di hari Minggu (25/5/2014), ketika sedang jalan-jalan bersama Rizqu, putra saya yang masih berumur 4 tahun, tiba-tiba saja terbersit niat untuk mengajak dia merasakan naik Transjakarta. Kebetulan saat itu saya sedang ada di daerah jalan Margasatwa Ragunan, yang juga menjadi rute bus Transjakarta koridor 6.
Kami mulai perjalanan dari halte terdekat di mana kami berada saat itu, yaitu di halte busway SMK 57. Ketika baru saja masuk di pintu bagian belakang bis yang ke arah Mampang tersebut, kami disambut dengan melajunya bis secara tiba-tiba sehingga saya dan Rizqu sedikit terpental ke arah belakang mengenai penumpang yang duduk menghadap ke depan.
Padatnya penumpang menyebabkan saya tidak sempat meraih tiang untuk berpegangan. Untungnya Rizqu tidak sampai terjatuh. Malahan tanpa diduga, anak laki-laki remaja berbaju hijau, yang terkena limpahan tubuh kami ketika itu, justru bangkit dari tempat duduknya dan memberikannya kepada saya dan Rizqu. “Silakan duduk pak,” kata remaja belasan tahun itu.
Seketika itu juga, saya langsung mengucapkan terima kasih dan mengarahkan Rizqu untuk duduk di kursi yang dia ikhlaskan tadi. Sungguh mengharukan. Ketika semua orang sepertinya hidup dengan penuh ketidakpedulian, ternyata ada seorang anak remaja ibukota yang masih punya empati. Saya hanya bisa berdoa memohon kepada Yang Maha Kuasa agar selalu melindunginya.
Niat awal saya akan turun di halte Mampang atau Kuningan. Tapi entah karena supirnya yang agak ugal-ugalan, atau memang jalannya yang tidak rata, sehingga perjalanan saat itu terasa sangat tidak nyaman, ditambah posisi berpegangan saya yang memang rawan terlempar. Akhirnya saya menyerah dan turun di halte Duren Tiga.
Ketika itu kami sengaja tidak keluar halte, karena memang dari awal niatnya hanya untuk memperkenalkan “kenyamanan” naik busway kepada si junior, sehingga lebih baik kami menunggu busway arah sebaliknya (arah Ragunan) untuk kembali ke halte SMK 57 tanpa harus membayar lagi karena belum keluar halte.
Akhirnya kami masuk busway dari pintu bagian belakang. Tampak lebih lengang, meski semua tempat duduk sudah terisi. Di saat saya mengarahkan Rizqu untuk berdiri sambil berpegangan di tiang, tiba-tiba seorang bapak berumur sekitar 50 tahunan, berdiri dari duduknya dan menghampiri kami. Dia bersikeras untuk memberikan kursinya kepada Rizqu, meskipun waktu itu spontan saya tolak, karena melihat usia bapak tersebut.
“Sudah nggak apapa saya berdiri saja. Kasihan anak kecil,” seru bapak baik hati tersebut sembari dia berjalan menuju arah depan dan berdiri berpegangan di tiang dekat pintu keluar bagian depan. Sembari berterima kasih dan mengarahkan Rizqu untuk duduk, sekali lagi saya hanya bisa berdoa, agar bapak itu selalu diberi kesehatan dan lindungan dari Yang Maha Melindungi.
Mungkin bagi pembaca yang sudah sering naik angkutan umum massal, atau naik busway, hal-hal seperti yang kami alami di atas sudah biasa terjadi. Mungkin hanya saya saja yang kurang piknik, kurang blusukan, ketika ada yang baik hati sedikit saja sudah sangat terkesan, hingga ditulis di blog ini. Mudah-mudahan benar seperti itu.
Tetapi paling tidak, sore itu menjadi sebuah perjalanan singkat yang berharga bagi kami. Sebuah pengalaman tak terlupakan, semoga bisa menjadi contoh dan memberi pemahaman bagi si kecil Rizqu tentang sebuah interaksi sosial yang baik, di mana ada empati dan keikhlasan ketika melihat ada orang yang mengalami kesulitan dan memerlukan bantuan.
Mudah-mudahan memang saya yang lebay, karena selalu mengira orang-orang di kota besar itu bersifat individual, tidak peduli, tanpa empati. Padahal kenyataannya masih banyak orang baik hati di mana-mana. Termasuk di dalam busway. [bw]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H