Mohon tunggu...
Benato Alviano
Benato Alviano Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Explore, Seek, and Preserve

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Merasakan Kegiatan Masa Lampau di Kota Lama Semarang

9 Oktober 2024   14:14 Diperbarui: 10 Oktober 2024   12:11 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi proyek pembangunan kembali dan redesign ulang di beberapa titik membuat pasar ini terkesan lebih fresh meskipun tidak mengubah bentuk bangunan mengikuti perkembangan pasar-pasar modern lainnya dan mempertahankan kesan 'jadoel' di dalamnya. 

Keluarga kami pun mapir untuk sementara waktu ke pasar tersebut membeli jajanan sebagai bekal saat nanti berjalan di Kota Lama.

Setelah mengunjungi Pasar Djohar kami memulai perjalan kami menuju persimpangan bagian selatan kawasan ini. Saya terpukau dengan beberapa bangunan yang masih digunakan sampai saat ini meskipun memepertahankan gaya arsitekturnya. 

Mayoritas bangunan yang berwarna putih dan menggunakan penamaan bangunan  berbahasa Belanda memang membuat kesan lampau masih melekat pada Kota Lama. 

Beberapa bangunan memang tidak terawat, akan tetapi hal tersebut tidak merusak estetika dari banguna-bangunan lain yang berdekatan dengan bangunan yang terbengkalai tersebut. 

Saya sendiri merasa bahwa bangunan yang terbengkalai tersebut menggambarkan sebuah bangunan yang perlahan dimakan oleh waktu. 

Tembok yang rusak, cat yang usam, rerumputan serta ilalang yang memenuhi lantai bangunan, dan pohon yang sangat besar bahkan akar dari pohon itu sudah merambat ke luar area bangunan tersebut membuat pengunjung yang mengunjunginya dapat merasakan berapa lama bangunan ini menjadi saksi bisu kegiatan manusia saat awal pembangunan hingga masa kini.

Memiliki luas kurang lebih 31 hektar, terdapat bangunan yang menjadi 'pusat' dari bangunan bergaya eropa di sekitarnya, bangunan yang mencolok ini sedikit mencolok dibandingkan dengan bangunan lainnya karena tinggi bangunan ini sedikit menjorok ke atas dibandingkan yang lainnya. 

Bangunan tersebut merupakan sebuah tempat ibadah yang digunakan oleh umat Kristen di Indonesia yaitu GPIB atau Gereja Protestan Indonesia Immanuel. 

Akan tetapi gereja tersebut lebih familiar dengan penamaan yang diberikan oleh masyarakat setempat, biasa disebut Gereja Blenduk. 

Kata 'blenduk' sendiri memiliki arti berbentuk kubah, dan jika  dikaitkan dengan bentuk atap dari bangunan tersebut memang terlihat 'blenduk' atau kubah dengan warna maroon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun